Setiap tahunnya jumlah pengidap masalah kesehatan mental di Indonseia mengalami peningkatan. Menurut Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nandy Agustin Syakarofath, pada tahun 2024 diperkirakan jumlah penderita masalah kesehatan mental di Indonesia akan mencapai 3,24 juta orang.
Nandy menjelaskan, peningkatan jumlah pengidap penyakit mental tersebut mencangkup semua kalangan usia. Meningkatnya populasi yang mengalami gangguan mental tersebut, disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya faktor perubahan lingkungan.
Baca Juga: 5 Pilar Penting untuk Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja
Penyebab dan Solusi Kasus Kesehatan Mental yang Meningkat Menurut Dosen UMM
“Perubahan lingkungan ini mencakup perubahan sosial, ekonomi, dan perkembangan teknologi. Perubahan gaya hidup, materialisme, dan industrialisasi yang terkait teknologi terkadang memunculkan tekanan sosial dan isolasi sosial sehingga memicu stres depresi hingga bunuh diri,” ujarnya, Senin (6/5/2024).
Faktor selanjutnya karena adanya tekanan hidup yang meningkat dari waktu ke waktu seperti persaingan di dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial. Nandy menjelaskan, seseorang yang memiliki tekanan hidup tinggi, termasuk tekanan akademik, ekonomi, dan sosial, bisa memicu peningkatan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.
“Juga pada individu yang mengalami situasi krisis seperti pandemi, perang, bencana alam. Ini karena menderita dalam situasi yang lama dapat memunculkan kecemasan, stres, dan berbagai isu kesehatan mental lainnya,” jelas Nandy.
Baca juga: 3 Efek Negatif Bullying pada Kesehatan Mental
Nandy melanjutkan, tingginya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan mental juga dipengaruhi keterjangkauan akses layanan kesehatan mental. Alasannya mulai dari tingginya biaya pengobatan, pelabelan negatif dan fasilitas perawatan kesehatan mental yang masih minim di beberapa daerah.
Untuk mengatasi hal ini, Nandy menyampaikan pentingnya upaya yang sifatnya mikro dan makro. Pada level mikro, pengidap harus diajari untuk meningkatkan kapasitas dalam mengelola emosi dan keterampilan koping stres, agar mampu beradaptasi dan menangani stres dalam kehidupan sehari-hari.
“Untuk tingkat makro, pemerintah harus lebih memperhatikan lagi akses terhadap layanan kesehatan mental, promosi lingkungan komunitas yang mendukung, pelatihan tenaga kerja masyarakat, dan pembentukan kebijakan publik yang mendukung kesehatan mental,” ucapnya.
Sumber: Republika
[Vn]