ChanelMuslim.com- Setan tidak pernah kapok. Selalu berusaha dan berusaha. Dengan berbagai cara. Dan dengan berbagai tipu daya.
Jangan salah paham dengan setan. Ia tidak akan begitu saja pergi dari sekitar kita. Mungkin ia pergi untuk sementara, tapi akan balik lagi untuk terus menggoda.
Mungkin sebagian kita pernah mendengar kisah setan yang mengganggu sebuah desa. Dengan memanfaatkan pohon besar, setan membuat seluruh isi desa menjadi musyrik.
Seorang shaleh melawan tipu daya setan itu. Ia mengambil kapak besar untuk menebang pohon itu. Setan pun menampakkan wujudnya yang seram. Perkelahian pun tak terelakkan. Setan akhirnya tumbang.
Ketika akan menebang, orang shaleh itu diajak nego setan. “Mohon jangan tebang dulu. Aku akan menawarkan sesuatu untukmu!” ucap setan.
Setan menawarkan, jika orang shaleh tidak jadi menebang, maka ia akan menemukan hadiah dari balik bantalnya setiap pagi. Orang shaleh pun penasaran. Dan, ia akhirnya setuju.
Esok pagi, orang shaleh menemukan emas dari balik bantal. Ia pun senang dengan kenyataan pagi itu. Begitu pun esok harinya. Lagi-lagi, ia menemukan emas dari balik bantalnya.
Namun di hari ketiga, orang shaleh kecewa. Pasalnya, tidak ada emas sedikit pun dari balik bantalnya. Ia pun marah karena merasa dikibuli setan.
Ia mengambil kapaknya lagi, dan bergegas menuju pohon besar untuk ia tebang.
Setan lagi-lagi menghadang. Terjadilah perkelahian ulang antara orang shaleh dengan setan. Tapi, kali ini orang shaleh tidak menang. Ia terkapar parah.
Orang shaleh terheran, “Kenapa aku hari ini bisa kalah, sementara sebelumnya menang? Apa kamu punya kekuatan baru, wahai setan?”
Setan menjawab, “Beberapa hari lalu kamu bisa mengalahkan aku karena niatmu tulus ingin menghapus kemusyrikan. Tapi hari ini, niatmu karena tidak senang tidak memperoleh emas!”
Seperti itulah gambaran tentang tidak kapoknya setan. Pada saat azan berkumandang, mereka memang lari terbirit-birit untuk menyelamatkan diri.
Namun, saat shalat dimulai, ia balik lagi untuk menghembuskan berbagai godaan. Ia bisikkan tentang kunci yang hilang. Dan, tiba-tiba orang yang sedang shalat mengingat di mana kuncinya yang hilang itu. Padahal, ia sedang shalat.
Kadang ia bisikkan tentang khayalan-khayalan. Andai aku jadi orang kaya… Andai aku jadi orang paling pandai sedunia… Andai aku menjadi orang yang paling berkuasa…. Dan seterusnya.
Karena khayalan-khayalan itu, orang terbuai dengan keheningan. Khusyuknya tidak lagi tentang shalat. Tapi karena buaian khayalan. Dan, ia pun akhirnya lupa sudah berapa rakaat shalatnya.
Ketika orang shaleh ingin ibadah, setan pun menghadang dengan berbagai bisikan hambatan. “Aduh, dingin-dingin begini kok wudhu, nanti sakit!” Ada lagi bisikan lain, “Nggak usah qiyamul lail. Ngantuk. Allah juga paham kamu masih lelah! Kan besok banyak kesibukan!”
Namun, saat orang shaleh tak goyah dan tetap melaksanakan ibadah, setan datang lagi. Pelan tapi pasti, ia seolah berada di pihak orang shaleh. “Kamu memang orang shaleh sejati. Di kampung ini, sepertinya tak ada yang seperti kamu. Kamu pantas dipuji!”
Bisikan itu terus terngiang di hati orang shaleh. Esoknya harinya, saat bertemu orang lain, ia menggiring cerita dengan mengharapkan pujian dari orang.
Dan, orang shaleh itu pun tergelincir. Ia ibadah dengan susah payah bukan lagi karena Allah. Tapi bergeser karena ingin dipuji. [Mh]