KEBAIKAN bisa datang dari mana saja. Termasuk dari hal yang tidak kita suka.
Rasa asam itu tidak enak. Kalau orang akan membeli jeruk, hal yang ia tanya adalah, “Manis nggak?” Pertanyaan ini dimaksudkan agar ia tidak membeli jeruk yang asam.
Dan, penjual selalu akan mengatakan, “Manis!” Nyaris, tidak ada penjual jeruk yang bilang, “Asam!”
Padahal, rasa asam yang dihindari banyak orang itu, ada orang lain yang justru menyukai. Ada orang makan soto dengan perasan jeruk nipis. Ada yang makan bakso dengan campuran cuka.
Begitu pun dengan rasa pedas. Jarang yang membeli ketoprak, gado-gado, bahkan rujak yang langsung bilang, “Pedas!” Biasanya, dia mengambil pilihan aman: sedang.
Karena kalau kurang pedas, bisa ditambahin sambal. Tapi kalau sudah terlanjur bilang pedas dan rasanya sangat pedas, kenikmatan makan akan terganggu.
Meski begitu, biar pun pedas tak disukai banyak orang, tapi tidak sedikit orang yang justru sangat menikmati makanan yang rasanya super pedas. Bahkan, ada yang tidak selera makan kalau tak ada sambal.
Begitu pun dengan rasa manis. Hampir semua orang suka dengan manis. Mulai dari teh manis, kopi campur gula, es sirop rasa manis, dan lainnya.
Namun, meski manis menjadi favorit banyak orang, tidak sedikit yang justru menghindar dari rasa manis. Rasa manis menurut yang tidak suka, seperti pengganggu rasa original sebuah minuman: teh, kopi, dan lainnya.
**
Hidup ini penuh dengan relativitas. Kecuali hal-hal fundamen yang Allah turunkan dan ajarkan: Tauhid, Islam, Rasul, Al-Qur’an, Sunnah, dan lainnya.
Tapi dalam kehidupan bermuamalah, kadang segala sesuatu terasa menjadi relatif. Ada satu pihak yang tidak suka dengan kepemimpinan seorang pejabat. Tapi ada pihak lain yang sangat suka.
Ada yang tidak suka dengan sebuah pekerjaan tertentu. Ada pihak lain yang justru mengidam-idamkannya.
Begitu pun dalam cakupan yang lebih sederhana. Kadang, ada orang yang mempertanyakan kenapa pilih suami atau istri yang warna kulitnya tidak putih. Jawabannya begitu simpel: justru saya sukanya yang hitam manis.
Karena itu, berbaik sangkalah terhadap sesuatu yang terasa tidak kita suka. Karena boleh jadi, di balik yang tidak kita sukai itu, selama bukan kebatilan, selalu ada kebaikan yang tersembunyi di dalamnya. [Mh]