ZAID bin Haritsah, anak Rasulullah. Pada waktu Bani Mi’an menyerang kabilahnya, ia masih kecil. Ia menawan Zaid bin Haritsah bin Syarahil Al-Kilabi dan menjualnya di Makkah kepada Hakim bin Hizam.
Hakim lalu memberikannya kepada bibinya, Khadijah binti Khuwailid. Kemudian Khadijah memberikannya kepada Rasulullah, lalu beliau memerdekakannya.
Baca Juga: Puisi Cinta Atikah binti Zaid untuk Kepergian Sang Kekasih
Zaid bin Haritsah, Anak Rasulullah
Ia berpostur tubuh pendek, warna kulitnya coklat, dan hidungnya pesek. Ayahnya, Haritsah pernah mencarinya hingga akhirnya ia menemukannya di Makkah. Kemudian ayahnya menyuruhnya memilih anatara ikut bersamanya atau tetap tinggal di Makkah.
Zaid memutuskan untuk tetap tinggal di Makkah bersama Rasulullah. Pada waktu itu, Nabi belum menerima wahyu. Nabi sangat gembira atas keputusan Zaid. Saking gembiranya, Beliau menyerukan di Makkah, “Hai penduduk Makkah, saksikanlah bahwa Zaid adalah anakku. Ia berhak mewarisiku dan aku berhak mewarisinya.” Setelah itu, ia dipanggil dengan nama Zaid bin Muhammad.
Ia adalah orang yang berada diurutan kedua yang mula-mula masuk Islam setelah Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah.
Rasulullah menikahkan Zaid dengan putrid paman Beliau, Zainab binti Jahsyin. Akan tetapi, ikatan perkawinan mereka tidak berlangsung lama.
Mereka akhirnya memilih bercerai. Kemudian Rasulullah menikahi Zainab binti Jahsyin berdasarkan wahyu dari Allah. Orang-orang munafik di Madinah mengejek beliau sambil mengatakan, “Bagaimana bisa orang ini menikahi istri anaknya sendiri.”
Lalu turunlah firman Allah, “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah (utusan Allah)…” (QS. Al-Ahzab:40)
Kemudian Zaid menikah dengan Barkah, biasa dipanggil Ummu Aiman. Ummu Aiman adalah salah satu wanita yang menyusui anak-anak Rasulullah.
Dari hasil perkawinan ini, ia dikaruniai seorang anak yang bernama Usamah. Ia meriwayatkan 4 Hadits dari Nabi. Tentang Zaid, Aisyah berkata, “Rasulullah tidak pernah mengutusnya ke medan perang, melainkan Beliau mengangkatnya sebagai panglimanya.”
Peperangan terakhir terakhir yang diikutinya adalah perang Mu’tah. Ia gugur sebagai pahlawan syahid dalam perang ini tahun 8 H. Menyusul kemudian Ja’far bin abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah, keduanya menjawab sebagai panglima perang sepeninggal Zaid.” [Cms]
Sumber : Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Pustaka Al-Kautsar