ChanelMuslim.com- Semua orang punya batas kesanggupannya. Masalahnya, tidak semua orang memahami di mana batas kemampuannya.
Manusia itu makhluk mulia. Allah subhanahu wata’ala menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik (fi ahsani taqwim).
Begitu pun soal kemampuan dan kesanggupannya. Siapa sangka, dalam waktu tertentu, manusia mampu membuat teknologi seperti sekarang ini. Suatu hal yang mustahil di zaman dahulu.
Penyumbang terbesar dasar-dasar teknologi saat ini adalah umat Islam di masa kekhalifahan. Mulai dari teknologi kedokteran, antariksa, informasi, senjata, dan lainnya.
Push your limits, tingkatkan batas kemampuanmu. Itulah yang kira-kira ingin diajarkan Allah subhanahu wata’ala kepada Nabi dan para sahabat masa lalu.
Bagaimana mungkin nabi yang ummi bisa melakukan revolusi besar di jazirah Arab dan dunia. Bagaimana mungkin seratus sahabat, pria dan wanita, bisa melakukan hijrah ke Yaman yang jauhnya sekitar 1300 kilometer dari Mekah.
Bagaimana mungkin 300-an pasukan muslim yang dengan peralatan seadanya mampu mengalahkan seribu lebih pasukan Quraisy yang profesional. Bagaimana mungkin dalam kurun 10 tahun di Madinah, pasukan muslim bersama pengawasan Nabi mampu melakukan sekitar 85 kali peperangan.
Bagaimana mungkin Kekhalifahan Umar bin Khaththab yang masih seumur jagung mampu menumbangkan Kekaisaran Persia yang adidaya. Bagaimana mungkin pasukan yang dipimpin anak muda bernama Sultan Muhammad mampu menumbangkan kekaisaran Bizantium di Turki.
Hingga saat ini, belum pernah ada kekuasaan yang mampu bertahan seperti yang pernah dipegang Kekhalifahan Abasiyah. Kekhalifahan ini mampu menguasai lebih dari separuh bumi sampai 800 tahun. Kekhalifahan Usmani pernah dikepung seluruh negara Eropa.
Begitu pun di negeri ini. Bagaimana mungkin pasukan rakyat yang hanya bersenjatakan ala kadarnya termasuk bambu runcing mampu mengalahkan tentara sekutu: Belanda, Inggris, dan Amerika.
Push your limits. Mungkin itulah rahasianya. Seolah hal itu mengatakan: tetap semangat karena sisa kemampuan Anda masih di atas lima puluh persen, terus berusaha karena kapasitas yang terpakai baru sepuluh persen.
Masalahnya, seperti yang Allah firmankan, “Falaqtahamal ‘aqabah”. Manusia itu tidak suka dengan rute yang menanjak. Manusia itu tidak suka dengan jalan yang melelahkan. Manusia itu inginnya istirahat, bersantai, dan menyerah.
Kalau umat Islam tidak mau menempuh jalan yang pernah dicontohkan Nabi, para sahabat, dan salafus soleh; maka orang lain yang akan ambil bagian.
Dan kalau dunia mereka yang kuasai, seperti inilah jadinya keadaan umat Islam di seluruh belahan dunia. Tak ubahnya seperti umat yang hidup tanpa “rumah”.
Push your limits. Allah subhanahu wata’ala menjanjikan, “Man jaahada fiina lanahdiyannahum subulana.” Siapa yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami. [Mh]