ChanelMuslim.com- Pandangan itu seperti tambang dengan ujung pengait yang dilempar ke satu titik. Jika pengait itu tersangkut, tambang akan terhubung kuat.
Hal paling mudah dilakukan orang adalah melepas pandangan. Tanpa gerak tubuh. Tanpa ada pihak lain yang dirugikan.
Dengan aktivitas minim itu, pandangan seperti jendela pikiran dan hati untuk meneropong dunia luar. Datanya bisa disimpan, dan akan diakses jika diperlukan.
Bisa dibilang, tak ada delik hukum manusia yang dilanggar dari melepas pandangan. Apa pun yang dipandangi. Selama tidak ada aktivitas anggota tubuh lain seperti lisan, tangan, kaki, dan lainnya; delik pandangan bisa dianggap nol.
Padahal, ada satu titik objek pandangan yang sangat berbahaya. Bahaya bukan karena nilai objeknya. Tapi karena data ini bisa mengotori kejernihan dan ketenangan hati. Yaitu pandangan terhadap lawan jenis.
Yang lebih berat lagi, jika objek ini membalas pandangan serupa. Jika dua pandangan ini berada pada sinyal yang sama, maka yang dikotori dua sosok jiwa sekaligus: pria dan wanita.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut jenis pandangan ini dengan panah-panah setan. Jika panah itu menancap di satu objek, maka objek ini akan menjadi area maksiat si pemilik pandangan. Dari sisi mana pun pandangan itu dilepaskan.
Data dari pandangan ini akan menstimulus hati dan pikiran untuk meluncur bersama langkah setan. Apalagi yang dilakukan setan terhadap seseorang selain kerusakan.
Setan terus menstimulus hal kotor dalam pikiran dan hati. Stimulusnya melebur dalam syahwat yang ada. Padahal, tanpa stimulus pun syahwat memang secara alami memiliki potensi itu.
Syahwat memang tidak bisa disalahkan. Karena ia memang dirancang untuk keperluan suci. Yaitu, menjaga dan mengembangkan populasi umat manusia.
Jika setan mampu mengendalikan syahwat yang terkotori ini segala energi yang ada bisa digerakkan untuk pemenuhan syahwat.
Memang ada tahapannya. Karena setan selalu menjerumuskan melalui langkah demi langkah. Tidak sekaligus.
Tahapan-tahapan itu bergerak dari alam pikiran menuju niat. Niat pun menggerakkan aggota tubuh untuk melakukan sesuatu. Mulai dari lisan, tangan, dan kaki. Tapi semua tetap terintegrasi dalam satu titik: syahwat yang dibajak setan.
Karena itulah, Al-Qur’an meminta orang beriman untuk menjaga pandangan. Satu pandangan insiden mungkin bisa dimaafkan. Tapi yang berikutnya menjadi terlarang.
Selanjutnya, Al-Qur’an menyatukan larangan pandangan liar ini menjadi satu paket dengan menjaga kemaluan. Karena mau lewat mana pun, dengan kemasan apa pun, olahan dari pandangan lawan jenis selalu berakhir pada tahapan akhir ini. Kecuali yang sudah dihalalkan.
Itu untuk laki-laki. Menariknya, Al-Qur’an mengkhususkan adanya tambahan perintah untuk wanita dalam satu paket yang sama. Yaitu, menjaga agar aurat tetap terhijab.
Boleh jadi, titik inilah yang bisa menjadi penguat energi pembajakan syahwat oleh setan. Seperti bara api yang disiram bahan bakar.
Jagalah pandangan kita. Karena kita tidak tahu kemana pengait itu akan tersangkut. Putuslah segera tambang yang tersangkut itu dengan istigfar dan zikrullah, agar setan gagal mendompleng syahwat kita. [Mh]