ChanelMuslim.com- Malam dan siang tak ubahnya seperti mati dan hidup. Dua keadaan yang bergulir pelan tanpa terasa.
Kala siang datang, tak terbayang akan datang malam. Semua benda tampak jelas. Panas terik juga menyilaukan mata. Siang pun membangkitkan tubuh untuk terus bergerak.
Ketika kita berada di atas kapal, di tengah lautan luas, siang menampakkan keindahan mempesona. Langit yang membiru. Arak-arakan awan putih bergerak lembut melukis ornament langit. Dari kejauhan, tampak hijaunya hiasan pulau tertutup pepohonan.
Tapi ketika malam datang, semua keindahan itu lenyap seketika. Semua yang tampak hanya warna hitam pekat.
Begitu pun ketika siang membuai mata dalam panorama alam pegunungan. Warna-warni pepohonan seperti sebuah goresan abstrak keindahan alam. Warna biru lembut pegunungan seperti menampakkan berpadunya keindahan horizon cakrawala.
Bukan hanya mata yang dimanjakan siang di alam pegunungan. Seluruh syaraf pernafasan pun terasa plong tanpa hambatan. Segar dan menyejukkan.
Bayangkan suasana itu ketika malam. Tak ada warna warni pepohonan. Tak ada warna biru lembut pegunungan dari kejauhan. Yang ada warna hitam pekat. Lebih pekat lagi ketika langit tak dikunjungi taburan bintang.
Bukan hanya mata yang serasa terpenjara warna hitam. Suasana pun tidak lagi serasa sejuk dan segar. Semua berganti dingin yang menusuk tulang.
Siang dan malam adalah pergiliran waktu yang bergulir dalam dinamika alam. Dan begitu pun sebenarnya dalam diri setiap kita.
Siang adalah hidup, dan malam adalah kematian. Rutenya bukan diawali dari siang, tapi dari malam berganti siang. Kemudian menjadi malam dan lagi-lagi diikuti siang, dan waktu pun berakhir untuk selamanya. Kembali kepada Pemilik Alam.
Seperti halnya siang menuju malam, hidup menuju kematian begitu tak terasa. Pergerakannya begitu lembut. Sedemikian lembutnya orang menyangka bahwa siang tak mungkin berganti malam. Bahwa, hidup tak mungkin ada kematian.
Seperti halnya siang, hidup pun kerap membuai jiwa seolah tak akan pernah ada yang berubah untuk selamanya. Jiwa terus terbuai dalam panorama keindahan. Tak pernah terbayangkan kalau keindahan itu akan sirna seketika dalam gelap gulita kematian.
Sebuah pergerakan lembut yang berubah dalam geseran detik waktu. Dari lahir menuju balita, dari remaja menuju dewasa, dan dari tua menuju kematian. Pergeserannya begitu tak terasa. Dan tiba-tiba, semua menjadi serba hitam pekat.
Sebelum yang akan tiba itu datang, sebelum gelap menutup semua warna indahnya siang, hitunglah posisi kita saat ini. Apakah kita masih berada di suasana pagi. Apakah masih dalam suasana terangnya siang. Apakah sudah memasuki sore yang redup. Atau, sudah dalam penantian tibanya detik-detik malam.
Hitunglah posisi kita dengan seksama, agar datangnya malam tidak terasa datang tiba-tiba. Juga, agar datangnya malam bisa dipersiapkan segera. [Mh]