SEMUA anugerah Allah bernilai istimewa. Seperti sayap untuk burung, sirip untuk ikan, akar dan daun untuk pepohonan.
Kalau ingin membanding-bandingkan antara anugerah Allah yang satu dengan anugerah yang lain, rasanya tidak bijak. Karena di situ ada celah untuk tidak bersyukur.
Burung dianugerahi sayap yang kuat. Dengan sayap itu, mereka bisa terbang tinggi hingga melampaui bukit dan gunung.
Dengan kemampuan terbang itu pula, burung terlihat begitu mudah mencari makan ke lokasi mana pun yang menarik. Dengan terbang, perjalanan seperti tak ada hambatan.
Begitu pun dengan ikan yang bisa bernafas dalam air. Dengan siripnya elastis, ikan bisa berenang kemana pun mereka suka. Tak perlu bantuan oksigen, karena air tempatnya bernafas.
Tentang sumber makanan dalam air, rasanya ikan tak pernah merasa kekurangan. Selama masih ada air, di situ tersedia makanan.
Begitu pun dengan cacing. Meski Allah tak anugerahi mereka dengan sayap dan sirip, cacing bisa leluasa mengarungi bawah tanah. Dunia yang tak bisa dijamah burung dan ikan.
Seperti memiliki alat bor alami, cacing bisa menembus tanah mana pun untuk mencari makanan. Cacing memang tak pernah menikmati ketinggian, tak juga terbiasa dengan dunia air. Tapi, tanah yang gelap justru menjadi tempat paling mengasyikkan.
Begitu pun dengan kita. Kita memang tak bisa terbang seperti burung. Tak juga bisa hidup dalam air seperti ikan. Apalagi hidup dalam tanah seperti cacing.
Namun, Allah menganugerahi kita berbagai ‘dunia’ yang menjadikan hidup begitu mengasyikkan. Ada dunia seni, dunia akademis, dunia olah raga, dunia kemiliteran, dunia dagang, dunia politik, dan lainnya.
Masing-masing ‘dunia’ itu seperti tersekat satu sama lain. Terlihat, tapi tak tersentuh. Terasa, tapi tak terjamah.
Jangan pernah membanding-bandingkan antara ‘dunia’ yang kita miliki dengan ‘dunia’ yang orang lain gandrungi. Terlebih dengan menyertakan hitungan untung rugi. Selama masih dalam koridor halal, ‘dunia’ apa pun menyimpan seribu satu berkah.
Karena membanding-bandingkan itu akan membuat kita melihat celah untuk tidak bersyukur. Padahal, selalu ada peluang istimewa di ‘dunia’ kita sendiri. Karena rezeki tidak Allah lokalisir di ‘dunia’ tertentu saja.
Tekuni apa yang menjadi ‘dunia’ yang kita miliki saat ini. Optimalkan menfaatnya untuk kemaslahatan hidup. Tekuni sekali lagi, karena boleh jadi di situlah pintu rezeki dan keberkahan Allah untuk kita.
Selalu bersyukurlah, berapa pun yang Allah anugerahkan dari ‘dunia’ kita. [Mh]