HATI ibarat kain putih. Jika dicelup aneka warna, ia akan warna-warni. Jangan celup warna hitam, ia akan seperti mati.
Seorang pengrajin batik memperagakan cara membatik. Setiap pola mengikuti irama warna dasar.
Dari kain yang awalnya putih dicelup ke warna yang dipilih. Ada merah, coklat, hijau, kuning, dan lainnya.
Rupanya, ada seorang anak yang menyimak perubahan warna kain yang dicelup. “Jadi, warna aslinya putih, ya Bu?” tanyanya.
“Iya, Nak. Kitalah yang memilih warnanya. Yang penting pewarnanya bagus dan butuh waktu yang cukup,” pungkas si ibu pembatik.
**
Seperti halnya kain putih yang akan dicelupkan aneka warna, begitu pun dengan hati kita. Hati yang putih akan berubah warna mengikuti ‘celupan’nya. Ada ‘celupan’ sedih, ‘celupan’ marah, ‘celupan’ pasrah, ‘celupan’ gembira, dan lainnya.
Karena itu, berhati-hatilah memilih lingkungan yang menjadi ‘celupan’ hati kita. Jangan biarkan hati terlalu lama tercelup dalam warna yang kusam atau negatif. Karena akan seperti itulah dominasi keadaan hati kita.
Cobalah untuk sering menetralkan warna-warni hati, agar putih beningnya tetap terjaga.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10) [Mh]