ChanelMuslim.com- Nida begitu tertarik dengan nyala lilin di rumahnya. Bocah usia empat tahun ini terus mengamati bagaimana lilin menyala, mengecil, dan akhirnya padam.
“Apa yang kamu perhatikan, Nida?” ucap mama Nida begitu lembut.
“Eh, Mama. Kasihan lilinnya, Ma,” ucap Nida kemudian.
“Memangnya kenapa? Kan dia sudah nerangi rumah kita,” sahut mama sambil ikut memperhatikan bekas lilin yang padam.
“Iya, Ma. Tapi, kasihan. Sekarang, lilinnya jadi habis gara-gara menyala buat nerangi kita.
“Tapi dia kan sudah mengorbankan dirinya buat kita. Bukankah itu bagus, Sayang?” ucap Mama merangsang puterinya berpikir.
“Iya sih, Ma. Tapi, aku gak mau menjadi lilin, Ma. Aku ingin tetap menyala dan terus menyala agar bisa memberikan manfaat yang lebih banyak,” jawab Nida agak ragu.
Mama pun merangkul Nida dengan sayang. “Kamu benar, sayang. Jadilah seperti pohon, bukan lilin. Semakin daunnya dipetik orang, semakin banyak ia tumbuh. Kian banyak orang mengambil buahnya, kian banyak pula buah yang akan menggantikan. Akarnya terus menghujam ke bumi dan tangkainya menjulang ke angkasa,” ucap Mama sambil diiringi anggukan Nida.
**
Apalah arti sebuah pengorbanan jika hanya akan menguntungkan pihak lain dan di saat yang sama merugikan diri sendiri. Karena pengorbanan tidak berarti mengalah dan menyerah.
Seperti pohon yang tak jemu untuk berkorban dan memberikan manfaat buat sekitar. Tapi di saat yang sama, ia tidak padam seperti lilin. Melainkan terus besar dan kokoh. (muhammad nuh)