IKHLAS adalah memurnikan niat hanya karena Allah. Bukan karena tentang dirinya dan tentang orang lain. Di saat ‘gelap’ atau ‘terang’.
Orang membandingkan antara malam dan siang. Mana yang lebih nyaman, malam atau siang?
Jawabannya tentu sangat relatif. Mereka yang tidak suka bekerja keras tentu lebih nyaman dengan suasana malam. Dan mereka yang suka bekerja keras lebih nyaman dengan siang.
Namun, ada sisi lain yang bisa disifati dari malam dan siang. Malam adalah suasana yang paling nyaman untuk bersembunyi dan memanipulasi.
Hal ini karena malam, meskipun dengan penerangan memadai, memungkinkan yang jelas menjadi samar. Karena itu pula, malam seperti memberikan energi untuk melakukan manipulasi.
Di era 80-an, di beberapa tempat di Jakarta ada lokasi khusus di mana waria berkumpul di tepian jalan. Mereka keluar saat malam datang. Kalau orang melihat mereka, tak seorang pun yang mengira kalau itu kumpulan waria, bukan wanita.
Begitu pun dengan umumnya ruangan ‘kerja’ dukun-dukun. Suasananya tidak terang agar memudahkan sang dukun untuk melakukan manipulasi.
Setan-setan dalam arti sebenarnya pun seperti itu. Mereka lebih leluasa di saat malam daripada di siang hari bolong. Yang umumnya orang takut adalah ketika mereka seolah melakukan penampakan di saat malam, bukan siang yang terang.
Orang yang beramal dengan tidak ikhlas seumpama dengan mereka yang ‘bermain’ di saat malam. Ada manipulasi seperti pencitraan dan lainnya.
Manipulasi melalui pencitraan baru bisa bekerja efektif jika di saat ‘malam’. Yaitu ketika ada sisi yang terlihat jelas, tapi lebih banyaknya yang samar. Pencitraan menginginkan orang memperhatikan yang sengaja ditampilkan, bukan yang disembunyikan.
Masalahnya, ada orang-orang yang memang sengaja seperti itu. Mungkin karena ingin dapat keuntungan di balik pujian dan simpati. Ada pula yang tidak sadar kalau ia terjebak dalam manipulasi dan pencitraan.
Contoh, seseorang yang begitu bangga bisa melaksanakan ibadah haji atau umrah. Ia berfoto atau bervideo di depan Ka’bah. Kemudian itu ia sebarkan ke orang banyak.
Ada tulisan pendek di foto atau video itu, “Alhamdulillah, akhirnya aku bisa di tanah suci!”
Bagaimana cara mengukur apakah itu pertanda rasa syukur atau pertanda pencitraan? Sangat sederhana: kalau ia biasa saja jika tak ada pujian maka ia sedang mengungkapkan syukur. Tapi kalau ia kecewa karena tak ada pujian, maka ia sedang pencitraan.
Malam identik dengan kesamaran, manipulasi, dan trik-trik jahat. Karena itulah setan-setan jin dan manusia ‘berkeliaran’ di saat malam. Sementara siang identik dengan kerja keras, jelas atau transparan, dan apa adanya.
Bersemangatlah di saat siang karena boleh jadi itu pintu rezeki Allah untuk kita. Dan bersyukurlah di kala malam karena di situlah kita bisa istirahat dan bermunajat kepada Allah.
Beramalah apa adanya. Bukan karena mengharap pujian dan pencitraan. Tak peduli apakah di saat siang atau malam: di saat di mana sesuatu harus terang-terangan atau bisa disembunyikan. [Mh]