SIAPA pun kita pasti akan butuh orang lain. Masalahnya, adakah yang akan menolong kita di saat kita membutuhkan mereka.
Orang Indonesia patut berbangga diri. Karena negeri muslim terbesar di dunia ini dinobatkan sebagai bangsa yang paling dermawan di dunia.
Nggak percaya? Silahkan ketik di google: the most generous country in the world. Maka, yang keluar adalah Indonesia.
Disebut paling dermawan, bukan karena besarnya jumlah uang atau nilai sumbangan yang dinonasikan. Tapi karena kelaziman bersedekah di semua warganya.
Ada warga Korea yang penasaran. Seperti apa sih dermawannya orang Indonesia. Tentu saja yang disambangi bukan orang kotanya, tapi penduduk kebanyakan, yaitu di perkampungan.
Ia menguji seorang penjual es kelapa. Ia bilang kalau ia turis yang kehilangan dompet dan kehausan. Boleh nggak minta segelas es kelapa secara gratis?
Di luar dugaan, sang pedagang langsung memberikan tanpa perlu menelusuri lebih dalam. Ia menggeleng-geleng kepala: ajaib!
Menariknya, semakin sederhana kehidupan orang di Indonesia, semakin tinggi tingkat dermawannya. Silakan kunjungi perkampungan di desa-desa. Mampir ke salah seorang rumah mereka. Pasti, kita akan dipersilakan masuk dan disediakan suguhan walau sekadar air putih.
Silakan pula makan di warung-warung nasi sederhana. Kita akan mendapatkan air minum teh hangat dengan gratis, sambal gratis, kerupuk gratis, dan lalapan gratis.
Bahkan kita dipersilakan untuk makan hingga habis terlebih dahulu, baru kemudian membayar.
Tapi tidak demikian jika makan di restoran di mal apalagi hotel. Kita diminta untuk bayar dulu baru kemudian disediakan makanan. Jangan coba-coba minta minuman secara gratis, sambal gratis, kerupuk gratis; karena kita akan kecewa.
Semangat bersedekah ini merupakan ajaran dari para nenek moyang orang Indonesia yang ramah dan dermawan. Tentu karena didasari ajaran Islam.
Meskipun mereka bukan orang kaya. Meskipun apa yang mereka berikan tergolong sangat bernilai buat mereka. Misalnya, menjamu makan bersama, dan lainnya. Padahal, untuk makan sekeluarga saja, mereka sudah pas-pasan.
Kelaziman semangat bersedekah ini juga didasari atas kesadaran bahwa suatu saat kita akan membutuhkan orang lain. Siapa yang terbiasa menolong, maka akan mudah memperoleh pertolongan orang lain.
Itulah kenapa kebanyakan warga perkampungan tidak perlu membangun pagar rumah, apalagi yang kokoh dan tinggi. Ya, sekadar pembatas dari pepohonan hias atau belahan bambu.
Untuk apa? Agar mereka bisa saling tolong menolong.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Jika kalian berbuat baik, (berarti) kalian berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kalian berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri….” (QS. Al-Isra: 7)
Itulah makna dari investasi abadi. Kebaikan akan berbuah kebaikan, di dunia dan akhirat. Sebaliknya, keburukan akan berbuah hal yang sama.
Sadari pula, bahwa suatu saat kita akan membutuhkan bantuan orang lain. Setidaknya untuk mengurus jenazah kita di hari esok nanti. [Mh]