PERUBAHAN sebuah keniscayaan. Melawan perubahan tak ubahnya seperti menahan bumi berputar.
Seorang guru besar sejarah modern dari Universitas Cambridge Inggris, Lord Acton, pernah menoreh petuah keramat: power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely.
Artinya, kekuasaan cenderung korup. Dan, kekuasaan yang absolut cenderung korup secara absolut.
Dari masa ke masa, dari sejarah para Nabi dan orang soleh, selalu berdampingan dengan sosok-sosok zalim yang punya kekuasaan besar. Ada sosok Namruz, Firaun, Jalut, Abu Jahal, dan seterusnya.
Seolah-olah misi kenabian tidak akan sempurna jika perubahannya di internal umat itu sendiri. Melainkan juga, harus berhadapan dengan kekuasaan zalim yang tidak ingin ada perubahan,
Dari logika yang terbalik, perubahan internal umat tidak akan berjalan sempurna jika lingkungan sistem kekuasaan umatnya masih bobrok.
Para Nabi dan Rasul serta orang-orang soleh dari masa ke masa memiliki tugas ganda: memperbaiki umat dan menumbangkan kezaliman yang anti perubahan.
Semakin berat lingkungan kekuasaan yang zalim, semakin berat pula tantangan perubahan di internal umat. Karena keadaan umat tak akan jauh dari lingkungan kekuasaan di sekitarnya.
Jadi, sangat naif jika membayangkan perubahan umat bisa dilakukan secara ‘baik-baik’ saja. Ibarat katak dalam tempurung, menyelamatkan katak harus menghancurkan tempurungnya. Dan tempurung umat bukan benda mati, tapi sebuah kekuatan yang hidup dan bergerak.
Karena itu, upaya perubahan harus menghitung seberapa kuat pertahanan kekuatan anti perubahan. Karena sunnatullahnya perubahan dan statusquo akan selalu berhadap-hadapan untuk menguji eksistensinya.
Namun begitu, para aktivis perubahan tak perlu berkecil hati. Karena alam akan selalu berpihak pada perubahan. Sunnatullah yang terus bergulir di alam ini akan selalu bersinergi dengan perubahan.
Ibarat roda yang berputar saat jalan turunan, perubahan akan bergerak dahsyat meski penggeraknya terkalkulasi biasa-biasa saja.
Kenapa harus ada perubahan, selain karena sunnatullah tadi, kekuasaan yang absolut akan cenderung korup secara absolut.
Korup jika diterjemahkan dalam bahasa Arab adalah fasad. Artinya, kerusakan. Dan kekuasaan yang korup akan merusak bangsa dan negara secara tak kasat mata. Persis seperti rayap yang menggerogoti pohon kayu. Bergerak dari akar dan akhirnya tampak di permukaan.
Perubahan memang butuh pengorbanan. Tapi jika bukan kita yang melakukan, akan Allah siapkan generasi baru yang lebih siap berkorban untuk perubahan. [Mh]