HARI atau tanggal kelahiran selalu berulang di tiap tahun. Tanggalnya memang sama, tapi makna dan hikmahnya yang berbeda.
Semua orang punya hari ulang tahun. Lebih tepatnya tanggal ulang tahun. Harinya memang bisa berbeda, tapi tanggalnya selalu sama.
Dalam sisi yang berbeda, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam justru menyebut sisi harinya daripada tanggalnya.
Seorang sahabat pernah menanyakan Nabi tentang puasa sunnah Hari Senin. Nabi menjawab, “Itu adalah hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus sebagai Rasul atau diturunkan wahyu kepadaku.”
Dengan kata lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam begitu memaknai hari kelahirannya yang juga hari diutusnya sebagai Rasul, yaitu Hari Senin. Dan di setiap hari itu, Nabi memaknainya dengan berpuasa.
Begitu pun apa yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an tentang makna hari kelahiran untuk Nabi Isa alaihissalam.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku diwafatkan, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam: 33)
Ayat ini seperti memaknai hari khusus untuk seseorang, antara lain hari kelahirannya. Di situ ada ungkapan syukur kepada Allah yang telah menganugerahkan kehidupan. Dan di situ pula sebagai momen pengingat bahwa misi utama hidup adalah ibadah.
Jadi, ungkapan syukur itu menguatkan kembali tentang misi utama. Bukan untuk sekadar mengejar-ngejar fasilitas duniawi. Bukan pula untuk ingin dikenang sebagai seseorang yang hebat. Tapi untuk ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dari sini pula akan terjadi muhasabah dalam hati. Muhasabah itu tentang seberapa istiqamah perjalanan hidup yang telah ditempuh. Dan satu lagi, seberapa dekat perjalanan ini menuju akhirnya: kematian.
Bagaimana mengukur titik akhir perjalanan hidup itu? Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Usia umatku (umumnya berkisar) antara 60 dan 70 tahun. Jarang sekali di antara mereka melewati (angka) itu.” (HR. At-Tirmidzi)
Jadi muhasabahnya begitu sederhana. Berapakah usia kita saat berulang tahun ini, maka sisa jatah hidup kita adalah pengurangan dari 60 dan 70 itu dengan usia saat ini.
Jika usia kita saat ini misalnya 45, maka sisa jatahnya sekitar antara 15 dan 25 tahun. Dan seterusnya.
Jadi, jangan hanya melihat sisi senang-senangnya saja. Apalagi dirayakan dengan pesta-pesta. Karena yang terjadi saat ini adalah jatah pengurangan, bukan penambahan. Semakin tambah usia, semakin berkurang jatahnya.
Selamat memperingati hari ulang tahun. Selamat meraih kedewasaan diri, dan bukan sebaliknya. [Mh]