DUA sahabat karib yang selalu berbagi rasa. Keduanya adalah seekor kucing dan elang yang mendiami sebuah lembah. Lembah nan luas itu dikelilingi bukit-bukit yang menjulang ke langit.
“Enaknya jadi engkau yang bisa melihat seisi keindahan lembah ini,” ujar kucing kepada sang elang.
“Tak seindah yang kau bayangkan,” sahut elang kepada sahabatnya.
“Bukankah dengan terbang tinggi kau bisa melihat segala keindahan di lembah ini dari atas sana?” sergah kucing ingin memastikan kalau sahabatnya memahami yang ia maksudkan.
“Ah, sulit untuk diceritakan,” ungkap elang, pendek. “Aku ingin kau bisa merasakan apa yang sebenarnya aku rasakan,” tambah sang elang lagi.
Ia pun mengajak sang kucing ikut terbang bersamanya. Dalam ketinggian yang standar, sang elang yakin bisa memegang kucing melalui dua cengkeraman jari-jari kakinya yang kuat.
“Wow, ini yang selama hidupku kuimpikan,” ucap kucing begitu antusias.
Hah, sekali seumur hidup akhirnya ia bisa ikut terbang melihat keindahan dari atas sana. Setelah memperhitungkan beban berat kucing, elang pun mengambil ancang-ancang untuk terbang. Keduanya pun akhirnya memang benar-benar terbang melalui kepakan sayap-sayap elang yang sangat kuat.
Awalnya memang terlihat indah. Tapi, kucing merasakan sesuatu yang tidak nyaman seiring ketinggian yang dicapai elang.
“Cukup! Cukup! Cukup, sahabatku. Aku benar-benar takut!” ucap sang kucing yang tak lagi mampu membuka matanya karena takut melihat dari ketinggian.
Setibanya di tanah, sang kucing akhirnya bisa memahami apa yang dimaksud sang elang. “Kau benar, sahabatku. Jangan ingin berada di ketinggian jika takut jatuh!” ucap sang kucing masih dalam keadaan lemas.
**
Dalam hidup ini ada tempat-tempat tinggi yang tanpa harus terbang. Ada jabatan tinggi yang mampu melihat orang lain terasa rendah. Ada harta yang seolah menjadikan seseorang berada di sebuah ketinggian. Ada ketenaran, dan lainnya.
Semakin tinggi capaian yang bisa diraih seseorang, semakin besar risiko jatuhnya. Dan tingkat ketinggian akan menjadi ukuran seberapa besar rasa sakit dari kejatuhan itu.
Benara apa yang disimpulkan sang kucing: jangan terbang tinggi jika takut jatuh. Jangan hanya bisa berobsesi dengan ketinggian tanpa memperhitungkan rasa sakit dari risiko jatuhnya.
Bersyukurlah dengan kenyataan meski tak ada posisi tinggi yang dimiliki. Karena boleh jadi, Tuhan Maha Tahu bahwa kita tak mampu memikul beratnya sebuah kejatuhan. [Mh]