IKHTIAR dan doa tak boleh ditinggalkan: mencari cara terbaik di bumi dan doa yang makbul untuk di langit.
Pada tanggal 27 Safar, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat hijrah bersama Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Keduanya tidak langsung berangkat ke utara menuju langsung Madinah, melainkan ke arah selatan menuju Gua Tsur.
Di Gua yang hampir tidak pernah disinggahi manusia ini, Nabi dan Abu Bakar tinggal selama tiga malam. Sementara itu, keluarga Abu bakar mondar-mandir membawa makanan ke Gua Tsur dengan cara rahasia.
Setelah tiga malam, ada pemandu ahli yang sudah disiapkan Abu Bakar. Ia bernama Abdullah bin Uraiqith. Abdullah merupakan pemandu ulung yang sudah disewa Abu Bakar untuk mengantarkan mereka berdua menuju Madinah dengan rute jalan yang rahasia.
Unta-unta dan perbekalan sudah disiapkan keluarga Abu Bakar. Abu Bakar pun membawa hampir seluruh harta simpanannya, sebesar kurang lebih 6 ribu dirham, setara 300 juta rupiah.
Perjalanan tidak langsung menuju utara. Tapi berbelok ke arah barat menuju Hudaibiyah. Dari Hudaibiyah, perjalanan dilanjutkan ke arah timur. Dari timur ke arah barat, begitu seterusnya. Tidak langsung menuju arah utara karena Madinah ada di utara Mekah.
Hal ini dilakukan pemandu karena menghindari rute umum yang dilalui para pedagang. Meski rute perjalanannya zigzag, tapi waktu tempuhnya tergolong cepat, yaitu sekitar 15 atau 16 hari.
Itu pun sudah termasuk bermalam di gua Tsur, istirahat, dan istirahat panjang 4 hari di Quba, dekat Madinah.
Pendek kata, perjalanan hijrah Nabi bukan perjalanan biasa tapi perjalanan rahasia. Persiapannya juga bukan persiapan biasa, tapi juga rahasia dan butuh upaya yang maksimal.
Akhirnya, Nabi bersama Abu Bakar tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-1 Hijriah dalam keadaan sehat wal afiat, meski dibayang-bayangi kejaran ratusan tentara Quraisy dan imbalan berhadiah sebesar seratus ekor unta atau senilai 20 miliar rupiah bagi siapa yang berhasil menangkap Nabi.
**
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu manusia yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala. Doanya tak tertolak. Namun, Nabi tetap berikhtiar dengan susah payah agar bisa selamat tiba di Madinah.
Kesolehan itu modal luar biasa menuju kesuksesan: hati yang tenang, optimisme tinggi, dan doa yag makbul. Tapi, jangan sepelekan ikhtiar dan kerja cerdas. Karena begitulah sang teladan agung telah mencontohkan kepada kita. [Mh]