ANAK cucu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan keluarga yang harus dihormati. Sebagaimana, kita menghormati ayah atau kakek mereka shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sejarah mencatat bahwa keturunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ‘mengalir’ melalui Fathimah radhiyallahu ‘anha. Sementara anak-anak dan cucu Rasulullah yang lain wafat saat masih kecil.
Fathimah memiliki lima anak, putra dan putri. Yaitu, Husain bin Ali, Zainab bin Ali, Hasan bin Ali, Muhsin bin Ali, dan Ummu Kultsum binti Ali.
Dari keturunan Fathimah inilah lahir cicit-cicit Rasulullah yang tersebar ke seluruh dunia. Termasuk ke Indonesia. Silsilah mereka terjaga dan tercatat melalui sebuah lembaga yang resmi.
Bentuk penghormatan kepada keluarga Rasulullah terucap melalui shalawat yang biasa kita panjatkan. Yaitu, Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.
“Ya Allah kami bershalawat untuk Nabi Muhammad dan juga untuk keluarga Nabi Muhammad.”
Menghormati keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga tercantum dalam Al-Qur’an. Yaitu dalam Surah Asyuura ayat 23.
“…Katakanlah (Muhammad), ‘Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang fil qurba…”
Apa yang dimaksud dengan fil qurba? Sebagian mufasirin menjelaskan bahwa fil qurban yang paling mendekati kebenaran adalah keluarga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dengan kata lain, penghormatan dan kecintaan kepada keluarga Nabi Muhammad merupakan bentuk penghormatan dan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad.
Sebuah riwayat mengisahkan tentang diceraikannya dua putri Rasulullah yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Keduanya memiliki suami yang juga putera dari Abu Lahab, yaitu Utbah dan Utaibah.
Putra-putra Abu Lahab ini menceraikan dua putri Nabi dengan tidak hormat dan juga dengan menghina. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam marah. Padahal Nabi tidak biasa seperti itu.
Nabi pun mendoakan keburukan buat kedua putra Abu Lahab itu. Beberapa hari kemudian, putra Abu Lahab itu tewas diterkam singa saat perjalanan dagang ke Syam atau Suriah.
Abu Thalib yang secara kebetulan berada di lokasi saat Nabi marah itu begitu terkejut. Nabi tidak pernah marah kalau dirinya dihina bahkan ketika dirinya disakiti. Tapi, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam begitu marah ketika keluarganya dihina.
Karena itu, untuk meraih keberkahan dan kasih sayang dari Allah, perbanyaklah bershalawat kepada Nabi dan keluarganya.
Dan sebaliknya, jangan undang murka Allah dengan menyakiti dan menghina Nabi dan keluarganya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya, Allah akan melaknatnya di dunia dan akhirat, dan menyediakan azab yang menghinakan bagi mereka.” (QS. 33: 57) [Mh]