ADA dua wajah dari uang: solusi dan problem. Sayangnya, wajah problemnya lebih besar dari solusinya.
Siapa pun akan senang jika punya uang. Banyak hal yang bisa diselesaikan. Dan, banyak keinginan yang bisa diwujudkan.
Namun, tidak semua tentang uang itu solusi. Banyak juga sisi problemnya.
Contoh, sesama saudara dalam keluarga baik-baik saja di saat normal. Tapi ketika almarhum ayah mewariskan uang, problem bermunculan. Tidak ada perseteruan di keluarga yang lebih sengit selain dari tentang jatah uang warisan.
Begitu pun dalam perkumpulan organisasi. Bisa di masjid, ormas, partai, joinan bisnis, dan lainnya. Suasana damai di saat belum ‘kelihatan’ uang. Tapi ketika banyak uang di balik perkumpulan itu, perpecahan pun mulai muncul.
Contoh lain tentang suami istri di perkampungan. Ketika harta pas-pasan, suami istri itu harmonis. Tapi ketika berlimpah, mulailah ada saling curiga dan ketegangan.
Bahkan hal serupa juga bisa terjadi di masjid. Ketika kasnya pas-pasan, pengurusnya damai-damai saja. Tapi ketika berlimpah, muncul saling curiga dan tidak percaya.
Konflik di sekeliling uang juga terjadi di masa para sahabat Nabi radhiyallahum ajma’in. Belum pernah ada perselisihan di antara mereka seperti yang terjadi seusai perang Hunain. Mereka mempersoalkan jatah rampasan perang.
Bahkan, di antara mereka sempat curiga dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi dianggap tidak adil, karena condong ke mualaf Mekah yang baru ikutan jihad daripada warga Madinah.
Namun akhirnya mereka tersadar. Panjang lebar Nabi menjelaskan kenapa jatah mualaf Mekah diperbanyak. Warga Madinah memang tidak dapat jatah banyak. Tapi, mereka dapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu bersama mereka hingga akhir hayat.
Dan tentang uang pergerakan ini, Allah subhanahu wata’ala menurunkan Surah Al-Anfal. Yang artinya harta rampasan perang. Betapa beratnya fitnah itu hingga diselesaikan dalam satu surah tersendiri dalam Al-Qur’an.
Begitu pun tentang warisan. Tidak ada dalam Al-Qur’an bahasan dengan angka-angka yang detil selain di bab warisan. Jumlah rakaat shalat yang begitu penting saja tidak disebutkan dalam Al-Qur’an.
Kita bisa mengambil ibrah kenapa para Nabi umumnya tidak kaya. Begitu pun para sahabat dan orang-orang soleh. Boleh jadi, karena Allah tidak ingin menyibukkan mereka dengan urusan yang tidak berujung ini. Dan, agar mereka bisa fokus ke dakwah Islam.
Perhatikanlah saudara-saudara kita di pejuang Hamas Palestina. Dengan uang yang minim, justru mereka mampu menumbangkan kezaliman Israel dan sekutunya. Sementara, negara-negara Arab yang kaya justru diam seribu bahasa.
Berhati-hatilah dengan uang. Jadikan ia sebagai kendaraan, bukan tujuan. Karena tujuan hidup ini memang bukan tentang uang. Melainkan, ibadah dan ridha Allah. [Mh]