ChanelMuslim.com- Rezeki itu ada pintu-pintunya. Silahkan ketuk, buka, dan raih. Masalahnya, pintu itu di mana dan bagaimana cara mengetuknya.
Di Arab sana, dikisahkan ada seorang pencuri yang menyatroni sebuah rumah. Ia sebenarnya orang baik. Hanya karena terpaksa, ia khilaf ingin mencuri.
Masalahnya, pencuri ini tidak tahu siapa pemilik rumah yang disatroninya. Di malam gelap gulita itu, ia pun berhasil masuk lewat jendela belakang.
Ketika akan menggasak barang-barang yang dianggapnya bisa untuk makan ia dan keluarga, sang pencuri mendengar suara lantunan orang membaca Al-Qur’an. Suara itu berasal dari sebuah kamar yang ternyata musholah kecil tuan rumah.
Pencuri itu mendapati tuan rumah sedang shalat malam. Suaranya mengalun merdu. Iramanya begitu menggugah hati.
Tuan rumah yang ternyata seorang ulama itu sedang membaca Surah Adz-Dzariyat dalam shalatnya. Pencuri ini begitu terpana dan begitu asyik menyimak. Ayat per ayat coba ia pahami maknanya.
Hingga tiba di ayat ke-22, si pencuri tersentak dengan makna ayat itu. Ayat itu berbunyi, artinya, “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.”
Meski pencuri dadakan, ia juga mampu menyimak makna sederhana dari ayat itu. Bahwa, rezeki itu turun dari dua pintu. Pertama dari langit yang memuat sebab-sebab dan dari yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, ada rezeki yang harus kita kejar melalui sebab-sebab ikhtiar. Dan ada juga rezeki yang justru mengejar-ngejar kita karena sudah ditetapkan untuk kita.
Karena hidayah dan takjub dengan makna ayat itu, si pencuri terjatuh lemas. Ia seperti menyadari sesuatu yang telah ia lupakan.
Yaitu, kalau Allah sudah menetapkan rezeki kita, kenapa harus dijemput dengan cara yang haram. Selain dengan ikhtiar yang halal, ada pintu rezeki yang justru tinggal kita jemput saja.
Seusai menuntaskan shalat, tuan rumah pun terkejut dengan sosok asing yang terkulai lemas di dalam rumahnya. Sang pencuri menangis dan memohon maaf.
Setelah memahami keterpaksaan kenapa orang itu mencuri, ulama itu pun memberikan sejumlah bahan makanan. “Bawa pulang ini untuk keluargamu,” ucapnya.
Sang pencuri terdiam dengan pemberian hadiah itu. Ia hanya mengucapkan, “Shadaqallahul ‘azhiim.” Maha benar Allah atas segala firmanNya.
“Maksud Anda?” tanya ulama itu kepada si pencuri.
“Ayat yang tadi Anda bacakan mengatakan bahwa ada rezeki yang perlu diikhtiarkan. Tapi ada pula rezeki yang telah dijanjikan. Dan saat ini, rezeki yang telah Allah tetapkan untuk saya sudah jelas. Saya bersyukur, karena bisa menjemputnya dengan cara yang halal bukan yang haram seperti yang nyaris saya lakukan,” ungkapnya.
**
Itulah rezeki kita. Dua pintu utama Allah sediakan: ikhtiar dan ketetapan. Kalau pun dengan ikhtiar kita gagal, pintu lain akan tetap terbuka. Karena tidak ada satu makhluk melata pun di muka bumi ini kecuali telah Allah tetapkan rezekinya.
Mirip seperti skema gaji pegawai tetap. Ada gaji pokok yang pasti diperoleh pegawai. Dan ada tunjangan, yang besarnya bergantung ikhtiar si pegawai.
Karena itu, selain ikhtiar, jangan pernah lepaskan doa dan tawakal kepada Allah. Karena Dia Maha Kaya dan Maha Sayang. [Mh]