DINDING Raja Zulkarnain begitu kuat. Bahkan sebagai dinding terkuat yang dibangun manusia. Karena dengan dinding itulah hingga kini Ya’juj dan Ma’juj terhalang dari dunia luar.
Surah Al-Kahfi ayat 83 sampai dengan 99 mengisahkan tentang perjalanan Raja Zulkarnain. Dialah seorang raja yang bukan sekadar memiliki iman dan ketakwaan yang mumpuni, tapi juga hikmah yang luar biasa.
Sebagian ahli sejarah merunut kapan raja bijaksana ini hidup. Berkisar antara 300 hingga 350 tahun sebelum masehi. Sebuah masa yang begitu jauh dengan kita saat ini. Atau lebih dari 2.300 tahun yang lalu.
Di antara ayat itu dikisahkan perjalanan Raja Zulkarnain di daerah terbit matahari atau wilayah timur. Rombongan raja bertemu dengan sebuah penduduk yang tidak dimengerti bahasanya. Padahal, sang raja menguasai begitu banyak bahasa, selain berbagai teknologi saat itu.
Lama sang raja beradaptasi dengan bahasa aneh penduduk itu, akhirnya bisa juga terjalin komunikasi antara keduanya.
Penduduk itu mengeluhkan tentang kaum Ya’juj dan Ma’juj yang jahat. Raja Zulkarnain pun menyampaikan rencananya untuk membuat dinding. Dinding itulah yang akan mengurung kaum Ya’juj dan Ma’juj sehingga terhalang dari dunia luar.
Lokasi tempat tinggal Ya’juj dan Ma’juj berada di wilayah timur dan berada di antara dua gunung. Celah dua gunung itulah yang akhirnya ditutup dengan dinding yang terbuat dari besi yang dilapisi tembaga.
Di ayat itu bahkan diceritakan bagaimana teknik Raja Zulkarnain membuat dinding yang terbuat dari besi dan berlapis tembaga. Tinggi dinding itu setara dengan puncak dua gunung itu.
Singkat cerita, dinding bisa dituntaskan dalam waktu singkat. Setelah usai, Raja Zulkarnain mengatakan, “Dinding ini merupakan rahmat dari Tuhanku. Apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurkannya. Dan janji Tuhanku itu benar.” (QS. Al-Kahfi: 98)
Para ahli masa kini begitu takjub dengan teknik Raja Zulkarnain membuat dinding. Salah satunya dengan melapisi besi dengan tembaga. Unsur kimia besi adalah Fe, dan unsur kimia tembaga adalah Cu.
Besi atau Fe akan mengalami reaksi kimia dengan air, udara, dan lainnya. Besi akan berkarat dan akhirnya akan keropos. Tapi jika dilapisi tembaga atau Cu, maka sifat tembaga yang elastis, kuat dari karat dan keropos, akan menguatkan daya tahan dinding untuk jangka waktu yang sangat lama.
Namun begitu, Raja Zulkarnain tetap merendahkan hati. Semua kecanggihan teknologi yang ia buat saat itu merupakan rahmat dari Allah.
Makna rahmat dari Allah itu pula yang menjadikan dinding hanya akan hancur pada saat yang dikehendaki Allah subhanahu wata’ala.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, setiap hari kaum Ya’juj dan Ma’juj kerja keras untuk melubangi dinding dari arah dalam. Ketika dinding mulai berlubang, mereka pun kelelahan dan meneruskannya esok hari. Tapi ketika mereka memulai lagi, dinding kembali utuh.
Rahmat dari Allah pula, hingga kini belum ada seorang pun yang bisa memastikan lokasi dinding yang dibangun Raja Zulkarnain itu. Padahal, begitu banyak pihak yang meneliti tapi belum membuahkan kepastian lokasi persisnya.
Sebagian ahli ada yang memprediksi bahwa lokasi dinding itu berada di dekat ngarai Darial di Georgia dan Armenia. Semoga tidak ada pihak yang berusaha untuk membongkar dinding itu.
Di hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga menjelaskan, ketika dinding itu berhasil dirobohkan, kaum Ya’juj dan Ma’juj membunuh, memakan, dan meminum apa pun yang mereka jumpai.
Hingga ketika mereka tiba di danau Laut Tiberias di Palestina, air danau itu pun menjadi kering. Habis diminum kaum Ya’juj dan Ma’juj. Tak ada yang bisa mengalahkan kaum terjahat ini, tidak juga pasukan Al-Mahdi, tidak juga Nabi Isa alaihissalam yang sebelumnya sudah berhasil membunuh Dajjal.
Ketika peristiwa ini terjadi, inilah di antara tanda-tanda besar bahwa kiamat tak lama lagi datang. Semoga kita tak mengalami masa itu.
**
Dinding yang dibangun Raja Zulkarnain merupakan dinding yang memisahkan antara Al-Haq dan Al-Batil. Antara kebaikan dan kebatilan. Antara kesolehan dan kejahatan.
Dinding-dinding serupa juga sebaiknya kita bangun dalam hati kita. Dinding yang menghalangi kebatilan, kejahatan, dan hal buruk lainnya untuk tidak merusak sifat baik dan kesolehan kita. [Mh]