SAMPAH itu barang sisa yang tak berguna. Sampah kita ada di rumah, dalam tubuh, dan dalam jiwa.
Seorang ibu mengajari anak-anaknya untuk rajin membuang sampah rumah. Anehnya, ia mengajarkan agar sampah sudah bersih sebelum larut malam.
“Kenapa harus malam, Bu? Tetangga lain membuangnya di pagi hari,” ucap anaknya.
“Iya, Bu. Kan buang sampah malam sepi,” tambah anaknya yang lain.
“Anak-anakku, malam itu saat kita berada di rumah. Apa kalian senang tinggal bersama sampah?” tanya sang ibu.
“Dan untuk ukuran waktu, sampah kalian di pagi, siang, dan sore; akan menetap lama di malam hari. Bukankah itu akan mengundang tikus dan kecoa datang!” tambah sang ibu.
“Baik, Bu!” ucap dua anak itu.
Sejak itu, tak ada sampah di saat malam. Dan, tak ada lagi sampah ketika mereka terlelap tidur.
**
Ada sampah yang terlihat, ada pula sampah yang tak terlihat. Tapi, nilainya sama: bekas, bau, dan mengundang penyakit.
Sampah yang tak terlihat adalah apa yang tak bermanfaat tapi hinggap dalam hati dan jiwa kita. Mungkin rasa kesal, marah, dendam, dan lainnya.
Jika sampah-sampah jiwa ini terbawa bersama tidur, ia akan mengotori bahkan membawa penyakit hati dan jiwa. Bayangkan jika sampah-sampah kotor itu yang membangunkan tidur kita.
Benar kata sang ibu, bersihkan rumah dan jiwa kita dari segala sampah, sebelum ‘terbawa’ tidur. Maafkan mereka yang membuat kesal, marah, dan dendam. Dan rasakan nikmatnya tidur tanpa ‘sampah’. [Mh]