• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Senin, 12 Mei, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Nasihat

Belajar dari Legenda Ubasute

Januari 25, 2023
in Nasihat, Unggulan
Belajar dari Legenda Ubasute

Ilustrasi, foto: Ancient Origins

96
SHARES
737
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

UBASUTE merupakan legenda masyarakat Jepang. Jika ada orang tua yang sudah menjadi ‘beban’, maka mereka dibuang ke gunung atau hutan.

Ada tradisi kuno masyarakat Jepang yang disebut Ubasute. Yaitu ‘melepas’ ayah, ibu, paman, bibi, keluarga yang lumpuh; ke tempat terpencil seperti gunung atau hutan.

Kenapa mereka dibuang? Karena orang-orang tua itu dianggap hanya menjadi beban untuk yang masih muda. Alasan lain, untuk menghemat pengeluaran.

Salah satu gunung yang melegenda menjadi tempat pembuangan orang-orang tua itu adalah Gunung Fuji. Gunung-gunung yang menjadi tempat pembuangan itu biasa disebut orang Jepang sebagai Ubasuteyama.

Menurut bahasan di National Geographic, tradisi Ubasute dikabarkan terjadi di kawasan yang masyarakatnya hidup miskin. Antara lain di kawasan bagian utara dan timur.

Ada sebuah cerita rakyat Jepang tentang Ubasute. Suatu kali, seorang pemuda sebut saja bernama Takeshi akan membuang ibunya ke sebuah hutan.

Takeshi menggendong ibunya menaiki bukit dan menuruni lembah. Ia sengaja ingin membuang ibunya yang lanjut usia karena hanya merepotkan diri, istri, dan anak-anaknya yang masih kecil.

Sepanjang jalan, ibunya memetik ranting-ranting pohon dan menyebarnya ke tanah. Seolah-olah, ia sedang menandai jalan.

Takeshi curiga dengan tingkah ibunya itu. Ia menduga ibunya sengaja sedang membuat jejak agar bisa kembali pulang kalau sudah ditinggal.

Sebelum tiba di tempat tujuan, Takeshi akhirnya menanyakan hal itu ke ibunya, “Ibu mau buat tanda agar bisa kembali pulang?”

Ibunya menatap wajah Takeshi dengan lembut. “Bukan anakku. Aku sengaja membuat jejak agar kamu tidak tersesat untuk menuju jalan pulang,” ucapnya.

Mendengar jawaban yang di luar dugaan itu, Takeshi tersentuh. Ia menyadari telah melakukan kesalahan besar. Dan, ia pun menangis. Takeshi pun membawa kembali ibunya pulang.

**

Itulah salah satu tradisi kuno Jepang. Entah hal itu masih terjadi di zaman ini atau tidak. Tapi, selalu saja diberitakan tentang orang tua yang ditemukan meninggal sendirian. Bisa di pinggir jalan tol, di hutan, bahkan di rumahnya sendiri.

Ikatan sosial masyarakat Jepang memang agak rapuh. Data menunjukkan bahwa jumlah orang tua di negeri Sakura itu berkisar 26 persen. Jumlah anak-anaknya hanya sebesar 12 persen. Sisanya usia produktif.

Dari data itu, bisa digambarkan bahwa masyarakat Jepang krisis mengalami anak kecil. Dan diperkirakan bahwa beberapa puluh tahun ke depan, Jepang akan mengalami krisis generasi baru. Sementara populasi terbesarnya akan diisi oleh orang-orang tua yang tinggal sendirian.

Ubasute memang tak dikenal di masyarakat kita. Tapi, logika yang hinggap di masyarakat Jepang boleh jadi juga terjadi di masyarakat kita. Yaitu, orang tua hanya akan menjadi beban anak-anaknya.

Sudah mulai membudaya di masyarakat perkotaan tentang panti jompo. Yaitu, sebuah penampungan para orang tua yang dianggap tak lagi terurus jika tinggal bersama anak dan keluarganya.

Seolah-olah, orang tua seperti kelinci yang hanya membutuhkan kandang, makanan, dan obat-obatan. Tanpa pernah memikirkan bahwa orang tua juga butuh kebersamaan dengan anggota keluarganya.

Ada bahagia di hatinya jika hidup bersama anak, menantu, dan cucu-cucunya. Dan bahagia itu jauh lebih bernilai daripada perawatan dalam isolasi ‘pembuangan’ panti jompo.

Kalau dulu para orang tua yang sangat direpotkan mengurus anak-anaknya. Kini, anak-anaknyalah yang lebih pantas direpotkan untuk kebahagiaan para orang tua mereka.

Sehingga tidak akan terdengar kabar tentang orang tua yang wafat sendirian. Apakah karena sendirian di rumah jompo, atau sendirian di kampung halaman. [Mh]

 

 

 

 

 

Tags: Belajar dari Legenda Ubasute
Previous Post

Didoakan Surga dan Neraka

Next Post

Yang Terhormat Para Orang Tua Galau

Next Post
Doa Orang Tua yang Membuat Kita Sukses

Yang Terhormat Para Orang Tua Galau

Jelaskan pengaruh durhaka kepada orang tua dalam kehidupan anak

Tips untuk Jadi Ayah Juara

Melindungi Anak dari Fitnah Akhir Zaman

Melindungi Anak dari Fitnah Akhir Zaman

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga