FIRAUN merupakan sosok yang sering disebut Al-Qur’an. Ia tewas tenggelam di Laut Merah setelah berusaha mengejar Nabi Musa dan umatnya.
Pada tahun 1898, seorang arkeolog Prancis, Loret, menemukan Mumi Firaun di lembah Para Raja di Luxor, Mesir.
Kata Firaun merupakan istilah untuk para raja Mesir zaman dahulu. Jadi, belum tentu mumi Firaun yang ditemukan itu merupakan Firaun yang membangkang Nabi Musa seperti yang dikisahkan Al-Qur’an.
Hal ini karena beberapa mumi Firaun yang lain juga ditemukan di tempat terpisah dan tahun yang berbeda. Pertanyaannya, mumi Firaun yang mana yang dimaksud dalam Al-Qur’an.
Menariknya, khusus mumi Firaun yang ditemukan tahun 1898 itu, jenazahnya masih utuh. Hal ini setelah ahli mumi bernama Elliot Smith membuka pembalut mumi itu.
Namun sekali lagi, belum ada ahli yang bisa memastikan mumi yang mana dari sekian mumi raja-raja Mesir itu yang hidup di masa Nabi Musa alaihissalam.
Pada tahun 1975, ada seorang pakar mumi dari Prancis yang melakukan penelitian. Ia bernama Dr. Maurice Bucaille.
Kesimpulan dari penelitian Bucaille, pada mumi yang jasadnya masih utuh itu terdapat banyak kandungan garam. Tapi, ia belum bisa membuktikan secara empiris bahwa fakta itu menunjukkan itulah mumi Firaun yang dimaksud.
Ia terus meneliti sejumlah literatur kuno, termasuk kitab suci. Hingga suatu kali, Bucaille membaca-baca Kitab Suci Al-Qur’an. Di situlah ia menemukan jawabannya.
Pada Surah Yunus ayat 92, Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi (generasi) yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Karena sebab ayat inilah, Maurice Bucaille akhirnya mendapatkan petunjuk jelas bahwa jasad mumi itu memang Firaun yang hidup di masa Nabi Musa. Ia tenggelam di Laut Merah, banyak kandungan garam di jasadnya, dan menjadi pelajaran untuk umat manusia.
Karena sebab ayat ini pula, Dr. Maurice Bucaille akhirnya menyatakan dirinya masuk Islam.
**
Ayat ini begitu luar biasa. Turun di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tapi, baru menunjukkan pembuktiannya pada 14 abad kemudian.
Karena di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, belum ada siapa pun yang mengetahui tentang mumi-mumi ini. Begitu masa-masa generasi sesudahnya. Hingga, pada tahun 1975 itu.
Di antara pelajarannya adalah jangan pernah sombong terhadap Allah subhanahu wata’ala, seberapa pun besarnya kekuasaan yang digenggamnya.
Pelajaran lainnya adalah masa ditemukannya jasad Firaun itu adalah masa berakhirnya Kekhalifahan Islam. Inilah masa di mana umat Islam tak memiliki kekuasaan apa pun.
Inilah masa di mana setan-setan Firaun bangkit kembali layaknya Firaun yang hidup di masa Nabi Musa alaihissalam. Mereka kembali membantai generasi muda Islam. Tanpa satu pun pihak yang berani melawannya.
Inilah rezim global setan Firaun yang dipimpin Yahudi Israel. Mereka bukan saja membantai umat Islam, tapi juga menantang Allah subhanahu wata’ala, layaknya ketika Firaun menantang Allah di masa Nabi Musa alaihissalam.
Menariknya lagi, mereka melakukan itu semua dengan dalih untuk mempertahankan negeri yang dijanjikan. Persis seperti yang dilakukan umat Nabi Musa yang tersasar selama 40 tahun di padang pasir Sinai, karena pembangkangan terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Bersiaplah, dan jangan lengah. Karena, inilah zaman seperti Nabi Musa dan umatnya melawan kezaliman Firaun bersama segenap bala tentaranya. [Mh]


