REZEKI memang harus dijemput. Meskipun di saat gelap. Karena rezeki tak kenal gelap dan terang.
Malam terasa mulai pekat di sebuah hutan. Pepohonan yang lebat kian membuat hutan seperti semuanya berwarna hitam, bukan hijau di saat siangnya.
Meski sangat gelap, berbagai aktivitas mulai bergulir. Memang ada yang tidur pulas. Tapi, tidak sedikit yang justru baru mulai mengais rezeki.
Di antara mereka ada burung hantu yang mulai meneropong sudut-sudut hutan. Mangsa seperti tikus tak melihatnya, tapi burung hantu justru melihat tikus begitu jelas. Dan…, yap! Burung hantu berhasil menangkap tikus dengan cengkeramannya.
Begitu pun dengan sejumlah kelelawar yang hilir mudik menyambangi pohon-pohon buah. Meski gelap, ia bisa memastikan buah mana yang sudah pas untuk dimakan.
Seekor anak ular kobra mencermati semua dinamika itu. “Ah, aku kira cuma diriku seorang yang berkeliaran. Ternyata sudah ‘ramai’! Hmm, mau makan apa ya?” ucapnya.
“Hati-hati, Nak. Jangan lengah! Bisa-bisa dirimu yang menjadi mangsa,” ucap kelelawar yang memberikan isyarat kalau ada burung hantu tak jauh dari situ.
**
Kehidupan terus bergulir meski di saat ‘terang’ dan di saat ‘gelap’. ‘Terang’ menunjukkan kejelasan jenis pekerjaan dan kelancaran suasana perekonomian.
Namun, jangan keburu pesimis dan pasif ketika ‘gelap’ datang. Peluang rezeki selalu terbuka meski semua serasa tak jelas. Tetap harus ada pemisah jelas, mana yang halal dan haram.
Tapi yang namanya ‘gelap’ kadang bisa melengahkan. Terlihat seperti sebuah peluang, tapi justru jebakan.
Optimis tetap harus digelorakan. Tapi kewaspadaan juga tetap dioptimalkan. Di mana ada kesungguhan, insya Allah, di situ selalu ada jalan. [Mh]