ChanelMuslim.com – The elements of surprise ini ditulis oleh Savitry Khairunnisa atau akrab disapa Bunda Icha, WNI dan juga seorang Ibu satu anak yang tinggal di Norwegia. Berikut cerita selengkapnya.
Hal paling seru ketika berkunjung ke tempat yang asing adalah elemen kejutan yang selalu menyertai.
Meski kita sudah punya bekal informasi tentang tempat baru itu, selalu akan ada hal-hal baru yang membuat kita berkata, “Oh … Wow! Begini rupanya suasana di sini.”
Sebagai ibukota negara Eropa Barat yang rata-rata sudah maju, saya sesaat merasa seperti berada di suatu negara berkembang nun jauh di sana.
Ketika taksi kami berhenti di lampu merah, ada seorang anak menawarkan tissue dan jasa cuci kaca mobil.
Di lampu merah selanjutnya, kami melihat seorang bapak dengan kursi rodanya tertatih-tatih menadahkan gelas kosong ke para pengendara.
Di sudut lain di pusat kota metropolitan ini, terlihat tunawisma yang tidur dengan tenang di emperan toko, ada yang ditemani anjingnya, atau hanya berkawan printilan kardus, selimut, dan entah apa lagi.
Bisingnya jalan raya seolah bukan gangguan bagi mereka.
Hari pertama datang ke Athena, kami mengunjungi Monastiraki, lapangan yang jadi salah satu pusat keramaian di Athena. Di situ mau cari orang jualan apapun ada.
Para imigran Afrika, Asia Selatan, dan negeri Arab datang dari segala arah menawarkan barang yang bisa membuat kita lengah. Pengamen dengan skill beragam terdengar di sudut-sudut jalan.
Baca Juga: Surprise Day
The Elements of Surprise
Suatu malam, ketika kami berada di wilayah Kapnikarea, Fatih didekati seorang pemuda berwajah lokal. Setelah kalimat pembuka, dia membuka kotak yang sejak tadi dipegangnya.
Ternyata si pemuda menawarkan apakah Fatih mau beli iPhone-nya. Masih baru, katanya. Dia hanya perlu uang cepat, makanya dia jual murah. Kami beli? Tentu saja tidak.
Dengan sopan Fatih menjawab, bahwa dia sudah punya handphone dan masih bagus. Jadi dia nggak beli. Terima kasih, katanya.
Di lain waktu, Fatih didekati seorang ibu berpenampilan ala orang Roma (Gypsy), yang dengan sigap meletakkan beberapa tangkai mawar di lengan Fatih. Anaknya bingung.
Dia pikir itu bunga gratisan. Akhirnya emak turun tangan menolak dengan tegas, meski si ibu tetap aja maksa.
Seperti halnya di Norwegia, orang Roma banyak di Athena. Rata-rata mereka menjual barang entah apa yang ditawarkan ke para pejalan kaki.
Anak-anak Roma ada yang jadi pengemis atau mengamen sambil bawa kecrekan dan kendang. Jadi ingat suasana negeriku.
Jangan tanya apakah di sini ada copet. Saya berkali-kali diingatkan oleh beberapa teman Indonesia yang pernah atau sedang bertugas di Athena. Jaga barang. Waspada.
Alhamdulillah, sejauh ini kami dan semua barang aman dan selamat.
Satu lagi yang sering membuat saya ciut, yaitu betapa berangasannya para pengendara di Athena. Meski kita sudah kasih tanda mau menyeberang di zebra cross, mereka tancap aja.
Absolutely no mercy. Kalah Ali Topan Anak Jalanan.
Anyway, bukan liburan namanya kalau tanpa kejutan. Yang penting bagaimana kita bisa tetap menikmati, soaking up every single moment in that new, foreign place, belajar banyak hal, mengenali karakter masyarakat setempat, dan menciptakan kenangan.[ind]
sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10159496287889020&id=793874019