ChanelMuslim.com- Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam diketahui menikahi Aisyah ra. binti Abu Bakar di Mekah, merayakan pernikahan beliau tersebut. Ketika itu, Aisyah sudah menjelang remaja.
Menikah dengan Aisyah ra.
Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka yang manis dan sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq semakin erat.
Setelah menikah, Aisyah berpindah dari rumah ayahnya ke rumah Rasulullah di samping masjid. Tidak terkira rasa bahagia Aisyah.
Ia melihat pada diri Rasulullah ada sesuatu yang lain dibandingkan kebanyakan orang.
“Rasulullah adalah suami sekaligus ayahku,” demikian pikir Aisyah dalam hati. “Beliau adalah suami yang penuh cinta kasih tapi juga tidak berkeberatan ikut bermain-main bersamaku.
Subhanallah, beliau benar-benar manusia yang luar biasa. Aku benar-benar mencintainya setulus hatiku untuk selamanya, dari dunia sampai akhirat kelak.”
Setelah menikah dengan Aisyah yang cerdas dan periang, beban pikiran Rasulullah terkurangi. Mengurus umat satu kota penuh memerlukan konsentrasi
yang amat tinggi hingga menyebabkan rasa lelah yang luar biasa. Namun, jika beliau pulang ke rumah dan bertemu Aisyah,
segala lelah dan beban berat terasa hilang. Canda, senyum, dan bakti Aisyah menumbuhkan rasa riang dan semangat baru dalam hati Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam
Tidak terkira besarnya kasih sayang Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam kepada Aisyah.
Suasana hati Rasulullah yang tenteram mengimbas luas kepada penduduk Madinah. Mereka merasakan kehidupan bersama Rasulullah jauh lebih baik daripada kehidupan mereka dahulu.
Kasih sayang Rasulullah
Suatu malam, Rasulullah berjalan pulang ke rumah dari masjid. Sesampainya di rumah, ‘Aisyah RA rupanya sedang tertidur lelap.
Beliau lantas berupaya agar istrinya itu tidak tersentak bangun. Dengan perlahan-lahan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam membuka pintu rumah,
sehingga membiarkan istrinya beristirahat. Nabi Shallallahu Alaihi wasallam bahkan memutuskan untuk tidur di luar kamar.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam juga tidak banyak protes terhadap istrinya. Sebuah riwayat menceritakan dari ‘Aisyah,
suatu hari masakan ‘Aisyah RA rasanya terlalu asin. Namun, Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam tetap menyanjung makanan itu tanpa berkomentar apa pun.
Sajian tersebut juga habis dilahapnya. Belakangan, ‘Aisyah mencicipi masakannya sendiri dan sadar akan rasa yang terlampau asing.
Begitulah sopannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam, tidak pernah satu kali pun mencela istrinya.
Mungkin saat ini sebagian orang justru dalam keadaan lebih miskin dari dahulu. Akan tetapi, ketenangan dan kebahagiaan hidup bersama Islam jauh lebih mahal daripada apa pun, tidak akan terbeli oleh seberapa besar pun harta yang dapat dikumpulkan.
Baca Juga : Kisah Rasulullah Membangun Masjid Nabawi
Aisyah Ummu Abdillah
Untuk menghibur Aisyah dari kesedihan karena tidak memiliki putra dan agar istri tercintanya itu merasa diperhatikan dan disayang, Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam
mengizinkan Aisyah mengangkat putra saudarinya, Asma binti Abu Bakar. Keponakan Aisyah itu bernama Abdillah sehingga Aisyah dikenal orang dengan panggilan Ummu Abdillah.
Akhlak dan Budi Pekerti Rasulullah
Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam mengajarkan bahwa kehidupan dalam Islam itu dilandasi oleh rasa persaudaraan.
Beliau bahkan mengatakan bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.
Seseorang bertanya kepada Rasulullah Perbuatan apakah yang baik dalam Islam?”
Beliau menjawab, “Sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”
Rasulullah menjadikan dirinya teladan tertinggi bagi setiap Muslim. Beliau amat rendah hati dan tidak mau diagung-agungkan walaupun beliau adalah manusia terbaik. Beliau bersabda
“Jangan memujaku seperti orang-orang Nasrani yang memuja anak Maryam. Aku adalah hamba Allah. Sebut saja aku hamba Allah dan utusan-Nya.”
Pernah suatu ketika, beliau mengunjungi para sahabat yang sedang berkumpul. Serempak mereka berdiri menyambutnya seperti layaknya orang lain menyambut orang yang mereka hormati. Namun, Rasulullah tidak menyukai hal itu. Beliau bersabda,
“Jangan kamu berdiri seperti orang-orang asing yang mau saling diagungkan.”
*Setiap kali mengunjungi para sahabatnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam tidak pernah memilih-milih tempat duduk.
Beliau duduk begitu saja di mana pun ada tempat luang. Ia bergurau dengan para sahabat, bergaul erat dengan mereka, diajaknya mereka berbincang-bincang.
Beliau selalu yang memulai memberi salam kepada orang yang dijumpai. Beliau pasti selalu yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat sahabat-sahabatnya.
Tidak akan pernah lagi kita menjumpai seorang pemimpin yang begitu lembut dan begitu menyayangi rakyatnya, pemimpin yang hidup sederhana seperti kebanyakan rakyatnya,
pemimpin yang mampu memberi nasihat dan teladan, pemimpin yang selalu siap memberi dan mendapat tempat di lubuk hati terdalam setiap orang yang mengenalnya.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keislaman) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”
Surah At-Taubah (9:128)
Shalat Rasulullah
Shalat Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam adalah shalat yang paling indah dibanding semua sahabatnya.
Beliau melakukan shalat seakan sedang berjumpa dengan orang yang paling ia sayangi sehingga sulit rasanya untuk berpisah.
Shalat beliau seakan-akan merupakan suatu pertemuan terakhir dengan orang yang dicintainya. Shalat beliau begitu khusyuk, seolah-olah beliau sedang bercakap-cakap dan memandang Allah.
Bersambung.