ChanelMuslim.com – Ketika orang-orang Quraisy melakukan permusuhan keras terhadap Rasulullah Shallalahu Alaihi wa Sallam, berbagai pergerakan dilakukan Rasulullah untuk terus menyebarkan agama Islam, seperti membuat perjanjian baiat aqabah pertama.
Perjanjian Aqabah merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah penyebaran agama Islam oleh Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi wa Sallam.
Suatu malam di Bukit Aqabah, Mina, Rasulullah bertemu dengan enam orang Khazraj. Mula-mula beliau mengajukan pertanyaan, kemudian orang-orang itu menjawab dengan sopan.
Rasulullah mengajak mereka ke tempat yang sunyi, sedikit jauh dari penglihatan orang. Di tempat itu, Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Keenam orang Khazraj itu mengerti dan tertarik segala apa yang beliau serukan.
Kemudian mereka menyatakan percaya dan sungguh-sungguh mendukung penyebaran Islam di Yatsrib. Rasulullah lalu menasihati agar mereka seiya sekata, tolong-menolong, dan bantu-membantu dalam menjalankan tugas mulia ini.
Keenam orang itu kembali ke Yatsrib dan menyerukan Islam kepada seluruh penduduknya.
“Muhammad adalah nabi terakhir utusan Tuhan yang didustakan kaumnya sendiri,” demikian kata mereka.
Segera saja nama Rasulullah menjadi terkenal di kalangan penduduk Yatsrib.
Pada musim haji berikutnya, lima dari enam orang itu kembali ke Mekah bersama tujuh orang rekan mereka.
Dua berasal dari Aus dan sepuluh orang berasal dari Khazraj. Mereka menemui Rasulullah di Bukit Aqabah. Saat itu, sudah dua belas tahun lamanya Rasulullah menyebarkan Islam.
Setelah Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an mereka menyatakan percaya akan seruan beliau. Rasulullah pun kemudian membaiat (sumpah setia) mereka. Inilah yang terkenal sebagai Baiat Aqabah pertama.
Dalam baiat ini, Rasulullah mengajak mereka bersumpah.
Baca Juga: Kisah Perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah 2
Ucapan Baiat
Ucapan baiat atau sumpah setia ini sebenarnya adalah menjulurkan tangan kanan ke depan telapak tangan menghadap keatas, sedangkan pembaiat menjabat dengan posisi tangan di sebelah atas. Baiat Aqabah yang pertama dikenal dengan nama baiat wanita atau ‘bai’at an-Nisa’ sebab Rasulullah belum meminta mereka membela beliau dengan berperang.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Kemarilah dan berbaiat kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak sendiri, tidak akan berbuat dusta yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak mendurhakai dalam urusan yang baik.
Barangsiapa antara kalian menepatinya, maka pahala ada pada Allah. Barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian ini. lalu dia disiksa di dunia. maka itu merupakan ampunan dosa baginya, dan barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian itu lalu Allah menutupinya, maka urusannya terserah Allah. Jika menghendaki, Dia menyiksanya dan jika menghendaki Dia akan mengampuninya”. lalu akupun berbaiat kepada beliau.
Duta Islam di Madinah
Setelah baiat itu sudah terlaksana secara sempurna dan musim haji juga sudah selesai, beliau mengirim duta yang pertama ke Yastrib bersama-sama dengan mereka untuk mengajarkan syariat Islam.
Duta ini diserahkan kepada pemuda Islam yang termasuk pendahulu masuk Islam, yaitu Mush’ab bin Umair Al-Abdari.
Rasulullah memilih Mush’ab bin Umair untuk melaksanakan tugas ini. Mush’ab termasuk pemeluk Islam pertama dan terpercaya dalam pengetahuan tentang hukum-hukum Allah, bacaan Al-Qur’an, serta ketaatannya.
Setelah sahabat Rasulullah itu datang, semakin banyak orang Yatsrib memeluk Islam.
Seiring dengan itu, persatuan Aus dan Khazraj semakin kuat sampai akhirnya hilanglah rasa permusuhan di hati mereka masing-masing.
Sebelum tiba musim haji tahun ketiga belas setelah nubuwah, Mush’ab bin Umair kembali ke Makkah, untuk menyampaikan kabar keberhasilannya dan keadaan penduduk Yatrib yang sudah memiliki kekuatan dan siap memberi perlindungan.[Ind/Walidah]
Sumber: Buku Sirah Nabawiyah, oleh Syaikh Muhammad Ali Al-Harakan, Pustaka Al Kausar