KISAH Perang Waddan diceritakan oleh Uttiek M. Panji Astuti, penulis buku Journey to the Light. Perang yang juga disebut Al-Abwal ini adalah perang pertama dalam Islam.
There’s always a first time for everything. Begitu kata pepatah: Selalu ada yang pertama untuk melakukan segalanya.
Ribuan halaman kitab “Tarikh Madinah Dimashq” karya Ibn Asakir yang tebalnya hingga 80 jilid tidak akan pernah selesai kalau tidak ada kata pertama yang dituliskannya.
Piramid yang menakjubkan di Mesir tak akan kita saksikan kemegahannya tanpa batu pertama yang disusunnya.
Banyak orang merasa langkah pertama bukanlah suatu yang mudah. Riset psikologi menyebutkan setidaknya 6 alasan yang paling mengemuka mengapa manusia takut mencoba hal baru.
Pertama, takut gagal. Penuh ketidakpastian. Tidak percaya diri. Tidak mau sendiri. Takut statement/judgement orang lain, serta khawatir dengan penolakan.
Terasa sangat familiar ya?
Padahal, keberhasilan langkah pertama efeknya sangat luar biasa. Sebagaimana yang dicontohkan manusia-manusia mulia.
Baca juga: Perjuangan Bara` bin Malik dalam Berperang
Kisah Perang Waddan, Peperangan Pertama Rasulullah sebelum Perang Badar
Di bulan Safar ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk pertema kalinya mengirim pasukan sejumlah 60-80 prajurit untuk menyerang orang-orang Quraisy dan Bani Dhamrah bin Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah yang dikenal dengan perang Al-Abwal atau perang Waddan.
Prajurit yang semuanya terdiri dari kaum Muhajirin keluar dari Madinah hingga tiba di mata air di Hijaz di bawah Tsaniyyatul Murrah.
Tidak benar-benar terjadi perang, karena Bani Dhamrah yang diwakili pemimpin mereka yang bernama Makhsyi bin Amr AdhDhamri menyerah dan meminta perdamaian.
Karena tidak terjadi perang, maka banyak yang memahami kalau perang pertama pasukan Muslimin dengan Quraisy adalah Perang Badar.
View this post on Instagram
Padahal, pada peristiwa Waddan inilah untuk pertama kalinya Sa’ad bin Abi Waqqash memanah dengan satu anak panahnya. Itulah anak panah pertama yang dipanahkan dalam Islam.
Kemenangan pertama tanpa peperangan ini membuat kepercayaan diri pasukan Muslimin meningkat pesat, hingga akhirnya pasukan Romawi dan Persia pun bisa dikalahkannya.
Sekalipun terlihat “sederhana”, namun langkah pertama menentukan banyak hal selanjutnya.
Yuk, untuk semua rencana yang sedang atau akan dikerjakan, jangan ditunda lagi, jadikan bulan Safar ini sebagai momentumnya.[ind]