ChanelMuslim.com – Kisah pembebasan kota Makkah menjadi sejarah yang harus kita tadaburi dan melihat bagaimana kaum Muslimin membebaskan dan memberdayakan, bukan menyakiti dan membalas dendam.
Baca Juga: Remaja Indonesia di AS Berbagi Kisah Al-Qur’an Jelang Buka
Pembebasan Kota Makkah Berawal dari Perjanjian Hudaibiyah
Dilansir dari channel telegram Generasi Shalahuddin, dijelaskan bahwa pada tahun 6 Hijriah bertepatan dengan 628 Masehi, Kaum Musyrikin Quraish dan Kaum Muslimin menandatangani gencatan senjata 10 tahun yang disebut Perjanjian Hudaibiyah.
Perjanjian ini disepakati oleh pihak Quraisy yang diwakili Suhail bin Amr, dan oleh Nabi Muhammad yang disekretarisi oleh Ali bin Abi Thalib.
Perjanjian ini awalnya terkesan menyudutkan Kaum Muslimin.
Orang yang mau hijrah dari Makkah ke Madinah harus dikembalikan ke Makkah, sementara orang yang mau ke Makkah dari Madinah harus ditahan di Makkah dan tak boleh kembali ke Madinah.
Ketidakadilan ini membuat Umar sempat protes, tetapi Rasulullah menenangkannya.
Kesepakatan ini membuat Kaum Muslimin bisa fokus menebar dakwah Islam secara luas ke seluruh kabilah Arabia.
Dalam waktu yang singkat, Rasulullah berhasil menyatukan sebagian besar Jazirah Arab dalam naungan Islam, sesuatu yang tidak diperkirakan oleh Musyrikin Quraisy.
Abu Sufyan yang saat itu menjadi pemimpin Quraisy mulai panik karena ternyata kesepakatan Hudaibiyah itu malah berbalik menguntungkan kaum Muslimin.
Gencatan senjata ini menjadi hangus ketika Banu Bakr, sekutu kaum Quraisy, menyerang Banu Khuza’ah, yang baru saja menjadi sekutu kaum Muslimin.
Penyerangan Banu Bakr menjadi kesalahan Quraisy yang memicu hancurnya perjanjian Hudaibiyah di saat yang sangat tidak menguntungkan bagi mereka.
Banu Khuza’ah pun segera mengirim delegasi ke Madinah untuk memberi tahu Nabi Muhammad tentang pelanggaran gencatan senjata ini.
Mereka mencari bantuan dari umat Islam Madinah sebagai koalisi mereka. Di situlah momen bermula.
Setelah insiden itu, Musyrikin Quraisy kelabakan. Hal ini menyebabkan Abu Sufyan datang sendiri ke Madinah untuk bertemu Baginda Nabi Muhammad.
Ia mengajukan permohonan untuk mempertahankan perjanjian dengan Kaum Muslimin dan menawarkan kompensasi harta.
Namun, pasukan Muslimin telah berkumpul dalam kekuatan sangat besar untuk membela Banu Khuza’ah yang diserang oleh Banu Bakr.
Baca Juga: Hikmah Kisah Perang Badar yang Bersejarah
Kaum Muslimin Menuju Makkah
Rasulullah dan 10 ribu sahabatnya berangkat ke Makkah pada 6 Ramadan, 8 Hijriah.
Relawan dan bantuan dari suku-suku koalisi Kaum Muslimin bergabung dengan Rasulullah dalam perjalanan sehingga membesar ukurannya menjadi sekitar 10.000 pasukan.
Pasukan ini menjadi kekuatan Muslim terbesar yang pernah dikumpulkan pada saat itu.
Rasulullah memerintahkan Kaum Muslimin berkemah di Marruz Zahran, yang terletak sepuluh mil di barat laut Makkah.
Rasulullah memerintahkan setiap orang untuk menyalakan api besar-besar untuk membuat orang Makkah melebih-lebihkan ukuran pasukan.
Sebuah strategi jitu untuk mengendalikan persepsi Musyrikin Quraisy bahwa mereka telah dikepung.
Sementara itu, Abu Sufyan melakukan perjalanan bolak-balik antara melobi Rasulullah dan ke Makkah.
Ia masih berusaha mencapai penyelesaian untuk menghindari penaklukkan Makkah.
Pada akhirnya, Abu Sufyan menyatakan keislamannya pada Rasulullah, meskipun saat itu karena dalam keadaan kalah dan terpaksa.
Namun, di kemudian hari, Abu Sufyan menjadi pahlawan besar dalam sejarah Islam.
Bersambung ….
[Ind/Camus]