KISAH murtadnya seorang mujahid dan juga hafizh diceritakan oleh Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. berikut ini.
Ibnu Katsir di dalam kitab “al-Bidayah” menyebutkan berbagai peristiwa tahun 278 H sebagai berikut:
Di tahun ini Ibnu Abdur Rahim yang sengsara ini meninggal dunia. Dahulu dia termasuk salah seorang Mujahidin yang sering berjihad di berbagai negeri Romawi.
Di tengah kaum Muslimin mengepung salah satu desa Romawi, Ibnu Abdur Rahim melihat seorang wanita Romawi di dalam benteng.
Ia tidak menundukkan pandangannya, padahal Allah berfirman:
قُلْ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُـضُّوْا مِنْ اَبْصَا رِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْ ۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا يَصْنَـعُوْنَ
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
(QS. An-Nur: 30)
Ia terus-menerus memandangi wanita tersebut padahal pandangan mata adalah anak panah Iblis yang beracun.
Betapa banyak orang yang mengalami berbagai bencana dan derita akibat pandangan mata liar. Ia seperti orang yang memasukkan tangannya ke dalam lubang ular.
Baca juga: Abdullah bin Saad, Murtad dan Kembali pada Islam
Kisah Murtadnya Seorang Mujahid dan Hafizh
Ia memandanginya lalu menginginkannya kemudian bersurat kepadanya: Adakah jalan untuk sampai kepadamu?
Wanita itu menjawab: Tidak ada jalan kecuali kamu harus masuk Kristen dan melepas Islam serta berlepas diri dari Muhammad.
Ibnu Abdur Rahim pun meresponnya seraya berkata: Saya berlepas diri dari Islam dan dari Muhammad. Lalu ia pun naik ke atas benteng menemui wanita tersebut.
La ilaha illallah! Kami berlindung kepada Allah dari penyimpangan setelah konsisten, dari kesesatan setelah mendapat petunjuk.
Kami berlindung kepada Allah dari kemurtadan.
Berbagai maksiat adalah “tukang pos” atau pengantar kepada kekafiran. Betapa sering satu kemasiatan yang menyebabkan kemaksiatan kedua, ketiga dan seterusnya hingga pada akhirnya iman seseorang terkikis habis.
Peristiwa ini salah satu contohnya.
Keberadaan sang “mujahid” di sisi wanita tersebut secara tiba-tiba membuat kaum Muslimin takut bahkan sangat sedih dan terasa sangat berat.
Bagaimana dada yang berisi al-Quran itu bisa kembali murtad dan menyembah selain Allah?
Beberapa tahun kemudian, kaum Muslimin melewati Ibnu Abdur Rahim sedang bersama wanita tersebut di dalam benteng.
Ia nampak terhinakan oleh kekafiran lalu kaum Muslimin bertanya: Bagaimana dengan shalatmu? Bagaimana dengan ilmumu? Bagaimana dengan puasamu?
Bagaimana dengan jihadmu? Bagaimana dengan hafalan al-Quranmu?
Ia menjawab dengan penuh kehinaan: Saya sudah lupa semuanya. Yang tersisa dalam ingatanku tinggal dua ayat berikut:
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَا نُوْا مُسْلِمِيْنَ
“Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang muslim.” (QS. Al-Hijr: 2)
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَ مَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).” (QS. Al-Hijr: 3)
Seolah dua ayat ini mengingatkan dirinya.
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu. Wahai Dzat yang memalingkan hati! Palingkanlah hati kami untuk senantiasa menaati-Mu.
Ya Rabb, teguhkan kami di atas iman dan selamatkan kami dari jalan-jalan setan. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu husnul khatimah karena husnul khatimah ini sangat menentukan.
Kami memohon kepada-Mu kebahagiaan dan tercatat sebagai syahid di saat kematian.
Bersegeralah melakukan berbagai ketaatan sebelum didahului kematian.
Tidaklah kalian menunggu kecuali kekayaan yang mendorong sikap melampaui batas, atau kemiskinan yang membuat lupa, atau masa tua yang membuat tidak berdaya, atau hari kiamat sedangkan hari kiamat lebih dahsyat dan lebih pahit.
Semoga kita semua bisa mengambil ibrah dan pelajaran dari kisah ini.[ind]