Kisah Abu Bakar dan Rasulullah berdua di dalam gua adalah salah satu yang menunjukkan pengorbanan Abu Bakar dan kesetiaanya untuk melindungi Rasulullah.
Saat keduanya mulai masuk ke dalam gua setelah berhasil lolos dari kejaran kafir Quraisy, di malam yang gelap pekat. Mula-mula nabi melangkah untuk masuk mendahului Abu Bakar.
Baca Juga: Rasulullah dan Abu Bakar Berhasil Pergi Meninggalkan Mekkah
Kisah Abu Bakar dan Rasulullah Berdua di Dalam Gua
Tiba-tiba Abu Bakar maju dan menghalangi beliau. Ia mengatakan,
“Demi Allah! Jangan engkau masuk dahulu sebelum aku masuk. Jika ada sesuatu di dalamnya, biarlah aku yang mengalaminya.”
Lalu Abu Bakar masuk dan membersihkan gua. Sesaat bola matanya terhenti ketika melihat beberapa lubang di dinding gua.
Abu Bakar segera merobek kainnya menjadi dua bagian dan menyumbat lubang. Sobekan yang satunya lagi dibalutkan ke kakinya.
Tidak semua lubang berhasil ia tutup karena tidak ada lagi yang dipakai untuk menyumbatnya.
Abu Bakar lalu keluar menemui Rasulullah, “Masuklah, wahai Rasulullah!” Nabi lalu masuk untuk bersembunyi di sana.
Ke duanya bersembunyi di dalam gua selama tiga malam, dari malam Jum’at, Sabtu, hingga malam Ahad.
Pada malam-malam itu, ‘Abdullah, putra Abu Bakar acap mendampingi keduanya. ‘Abdullah seorang anak yang telah baligh dan cerdas.
Dia mendatangai Rasulullah dan ayahnya pada pengujung malam saat orang-orang Quraisy tertidur pulas.
Hal ini tak pernah diduga oleh kaum Quraisy. Mereka mengira Abdullah tetap tinggal di Mekah dan bermalam di rumahnya.
Setiap kali Abdullah menginap di gua. Rasulullah dan Abu Bakar memberikan perintah bagaimana cara mengirim makanan dan minuman ke gua tanpa diketahui kaum Quraisy.
Perintah itu dicerna dengan baik oleh Abdullah. Dia memberitahukan hal itu kepada ‘Amir dan Fuhairah, pembantu Abu Bakar.
Amir menggembalakan kambing perah untuk Rasulullah dan Abu Bakar di sekitar gua.
Pada akhir malam, Amir bin Fuhairah memanggil Rasulullah dan Abu Bakar untuk meminum susu hasil perahan selama tiga malam Amir melakukan itu.
Selain memberikan susu, Amir juga berjasa menggiring kambingnya untuk menghapus jejak kaki Abdullah.
Sementara itu kaum Quraisy semakin kalap saat mengetahui Rasulullah lolos dari kepungan mereka.
Tindakan pertama yang mereka lakukan adalah memukuli Ali. Menyeretnya menuju Ka’bah dan mengurungnya untuk sesaat.
Mereka meminta Ali untuk memberitahu di mana nabi Muhammad berada.
Namun usaha itu tidak berhasil. Ali tidak mengeluarkan informasi sedikitpun tentang Rasulullah.
Orang-orang Quraisy selalu mendatangi rumah Abu Bakar dan mengetuk pintunya. Asma binti Abu Bakar segera keluar menemui mereka.
“Mana ayahmu?” kata mereka.
“Demi Allah, aku tidak tahu di mana ayahku berada,” jawab Asma.
Mendengar itu, Abu Jahal langsung menampar pipi Asma hingga antingnya terlepas.
Lalu mereka memutuskan menggunakan berbagai cara untuk mencari Rasulullah. Mereka akan memberikan 100 ekor unta jika ada yang bisa membawa Rasulullah.
Pencarian besar-besaran pun dilakukan ke setiap sudut Mekah, lembah, gunung dan gua. Hingga ada di antara mereka yang tiba di mulut gua tsur.
Saat itu, di dalam gua, Abu Bakar tepat berada di sisi Rasulullah. Keduanya terus mengikuti gerak-gerik orang-orang Quraisy.
Abu bakar berbisik kepada nabi, “Wahai Rasulullah, andaikata sebagian mereka menoleh ke dalam, pasti mereka dapat melihat kita.” Suara Abu Bakar terdengar was-was, penuh kecemasan.
“Apa pendapatmu bila ada dua orang sedangkan yang ketiganya adalah Allah,” kata Rasulullah. Abu Bakar terdiam.
Di luar gua pasukan Quraisy masih celingukan mencari Rasulullah.
Setelah yakin tak ada lagi tempat yang dapat dijadikan persembunyian, mereka bergerak pulang menuju Mekah.
Rasulullah dan Abu Bakar selamat berkat pertolongan Allah.
Karena lelah setelah menempuh perjalanan berat, Rasulullah segera merebahkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar.
Rasa kantuk menyerang hebat hingga akhirnya beliau tertidur pulas di pangkuan Abu Bakar.
Sementara itu, kaki Abu Bakar disengat kalajengking dari arah lubang yang ia sumbat dengan kakinya, karena sudah tak ada lagi kain baju yang dapat disumbatkan.
Namun, dia tidak bergerak sedikitpun karena khawatir membangunkan Rasulullah. Kondisi ini membuat air matanya menetes hingga membasahi wajah Rasulullah.
Beliau bertanya kepadanya, “Ada apa denganmu wahai Abu Bakar?”
“Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah! aku telah disengat,” jawabnya.
Lalu Rasulullah meludah kecil ke arah bekas sengatan itu sehingga apa yang dirasakannya hilang sama sekali. [Ln]
Sumber: The Great Story of Muhammad