Malam terus merambat, ketegangan kian memuncak. Abu Jahal dan kawan-kawannya begitu yakin kali ini rencana jahat mereka akan berhasil. Mereka akan masuk ke dalam rumah dan langsung menikam Rasulullah dengan pedang. Sebelum itu Rasulullah dan Abu Bakar telah menyusun strategi hijrah dengan sembunyi-sembunyi.
Baca Artikel Sebelumnya: Strategi Hijrah Rasulullah Bersama Abu Bakar
Abu Jahal berdiri tegak dengan angkuhnya, ia menghina Nabi dengan mengatakan “Kata Muhammad jika kalian mengikuti ajarannya, niscaya kalian akan dapat menjadi adiraja bangsa Arab dan asing sekaligus, kata Abu Jahal dengan nada mengejek.
Rasulullah dan Abu Bakar Berhasil Pergi Meninggalkan Mekkah
“Kemudian kelak kalian akan dibangkitkan setelah mati, lalu dijadikan untuk kalian surga-surga seperti suasana surgawi lembah-lembah urdun.” lanjut Abu Jahal masih dengan nada mengejek.
Peringatan itu membuat mereka bertambah semangat untuk membunuh Rasulullah. Mereka semakin yakin kali ini akan mampu membunuh Rasulullah, orang yang paling mereka benci.
Sementara di dalam rumah, Rasulullah bersiap untuk pergi. Ali bin Abi Thalib telah berbaring di tempat tidur berselimutkan kain. Nabi Muhammad segera melangkahkan kakinya. Pintu rumah terkuak. di hadapan beliau, berdiri pasukan Quraisy yang telah mengepung sejak tadi. Rasulullah lalu mengambil butiran debu dan menyebarkannya di atas kepala mereka sambil membaca surah Yasin ayat 9:
“Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.”
Mata mereka tiba-tiba tidak bisa melihat. Sekeliling mereka menjadi gelap. Rasa kantuk yang hebat menyerang mereka membuat kepala mereka terkulai lemas. Dan pedang-pedang yang terhunus di tangan pun berjatuhan.
Rasulullah terus berjalan menuju rumah Abu bakar.
Setiba disana beliau bersama Abu Bakar keluar melalui pintu kecil di bagian belakang rumah, menuju ke gua tsur ke arah Yaman. Keduanya berjalan membelah malam yang kian gulita.
Rasulullah meninggalkan kampung halamannya dengan mengendap-endap. Saat berada di tempat yang agak tinggi, beliau menghentikan langkahnya. Badannya berbalik memandang tanah kelahirannya.
“Sungguh, engkau negeri yang paling kucinta. Seandainya para penduduk tidak mengusirku, niscaya aku tidak akan pergi meninggalkanmu,” ucap nabi. Matanya terus menatap Mekah yang ditinggalkannya.
Sementara di kediaman nabi, Abu Jahal dan rekan-rekannya masih bertahan. Mereka tidak mengetahui jika target mereka telah pergi dari rumah hingga datang seorang laki-laki menghampiri mereka.
“Apa gerangan yang kalian tunggu?” tanya laki-laki itu.
“Muhammad,” jawab mereka.
“Telah sia-sia dan merugilah kalian. demi Allah! Dia telah melewati kalian dan menaburkan debu di atas kepala kalian,” lalu pergi.
“Demi Allah! Kami tidak melihatnya,” kata mereka sambil membersihkan debu dari kepala mereka.
Mereka penasaran dengan apa yang diucapkan laki-laki itu, lalu mereka mengintip dari arah pintu dan melihat ada sesosok tubuh tertidur berselimutkan kain.
“Demi Allah! Sesungguhnya itu adalah Muhammad yang sedang tidur dan masih memakai kain nya.”
Mereka memutuskan untuk tetap menunggu. Mereka masih sangat yakin jika Muhammad masih berada di dalam rumah dan tertidur nyenyak di pembaringannya.
Saat subuh datang, baru kemudian mereka sontak kaget saat melihat orang yang bangun dari tempat tidur itu bukan Rasulullah, melainkan Ali bin Abi Tholib. Merekapun bingung apa yang terjadi.
Ali pun menjadi sasaran lontaran pertanyaan mereka.
“Dimana Muhammad?” tanya mereka.
“Aku tidak tahu,” jawab Ali.
Tertipunya kaum kafir Quraisy oleh penyamaran Ali itu diabadikan oleh Allah dalam surat al-anfal ayat 30:
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu (Muhammad) untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” [Ln]