KHUBAIB syahid dalam salib Bangsa Quraisy. Bisa jadi, inilah peristiwa pertama dalam sejarah bangsa Arab, di mana mereka menyalib seorang laki-laki, kemudian membunuhnya di atas salib.
Mereka telah menyiapkan pohon-pohon korma untuk membuat sebuah salib besar, lalu mengikat Khubaib di atasnya.
Baca Juga: Khubaib bin ’Adi Lelaki Kaum Anshar Ahli Ibadah
Khubaib Syahid dalam Salib Bangsa Quraisy
Orang-orang musyrik itu melakukan kekejaman di luar batas. Para pemanah membidikan panah mereka secara bergantian.
Kekejaman di luar batas itu sengaja dilakukan secara perlahan-lahan terhadap pahlawan yang berada di kayu salib. Menariknya, Khubaib tidak sedikit pun memejamkan mata. Ia sangat tenang dan terlihat cahaya di wajahnya.
Tombak demi tombak mulai menancap di tubuhnya. Begitu juga sabetan pedang. Di saat-saat seperti ini, seorang pemimpin kafir Quraisy mendekatinya dan berkata, “Bagaimana jika Muhammad menggantikanmu dan kamu bebas, sehat sejahtera bersama keluargamu.?”
Khubaib tersentak. Dengan suara lantang ia menjawab, “Demi Allah, aku tidak suka berada bersama keluargaku tanpa kekurangan apa pun. Sementara Rasulullah tertusuk duri.”
Jawaban luar biasa inilah yang kemarin juga dikatakan oleh Zaid bin Datsinah, ketika mereka hendak membunuhnya. Sekarang, perkataan itu diucapkan oleh Khubaib.
Tentu saja hal ini membuat Abu Sufyan yang saat itu belum masuk Islam bertepuk tangan, lalu berkata kepada para penyiksa itu, “Demi Tuhan, aku belum pernah melihat orang yang mencintai orang lain seperti kecintaan para pengikut Muhammad kepada Muhammad.”
Jawaban Khubaib bagaikan aba-aba bagi mereka untuk menuntaskan tugas. Dengan membabi buta mereka bidikan tombak dan panah ke tubuh Khubaib hingga ia menemui ajalnya.
Tidak jauh dari tempat itu, burung pemakan bangkai dan burung elang berterbangan. Seakan menunggu perginya para penyiksa itu, lalu burung-burung itu mendekat dan memakan daging yang masih segar.
Akan tetapi, burung-burung itu terdengar bersahut-sahutan, berkumpul, beradu paruh satu sama lainnya, seakan sedang melakukan pembicaraan.
Setelah itu, mereka pergi menjauh dan semakin jauh membelah angkasa. Seolah-olah, dengan naluri penciumannya, burung-burung itu tahu bahwa jasad yang tergeletak di kayu salib adalah jasad orang shalih yang sangat dekat dengan Tuhannya. Karena itu, mereka malu mencingcangnya.
Burung-burung itu pergi dengan membawa rasa malu. Para penyiksa itu pun kembali ke Mekah, sarang mereka yang penuh kedengkian, kesewenangan, dan permusuhan.
Dan, jasad sang syahid dijaga oleh sejumlah orang musyrik bersenjatakan tombak dan pedang.
Ketika diikat di tiang salib, Khubaib menghadapkan wajahnya ke langit dan berdoa, “Ya Allah, kami mengemban misi Rasul, maka sampaikanlah kepadanya penyiksaan yang mereka lakukan kepada kami.”
Allah mengabulkan doa itu. Di Madinah, saat itu Rasulullah merasakan bahwa para pembawa misi sedang dalam bahaya. Bahkan, beliau seakan melihat seorang dari mereka berada di tiang salib.
Saat itu juga, beliau menugaskan Miqdad bin Amru dan Zubair bin Awwam untuk memeriksa.
Dengan cepat, keduanya memacu kuda mereka. Keduanya sampai di tempat tersalibnya Khubaib, lalu menurunkan jasad itu. Sejengkal tanah sudah merindukan kehadirannya.
Hingga hari ini, tidak ada yang mengetahui letak kuburan Khubaib. Mungkin ini lebih baik agar sejarah dan kehidupan tetap mencatatnya sebagai pahlawan yang mati di tiang salib. [Cms]
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom