IBLIS takut kepada orang yang tertidur dengan ilmu. Maksudnya, orang tersebut sebelum tidur, berdoa kepada Allah, melakukan dzikir sehingga mendapat perlindungan Allah. Ada sebuah kisah, ketika Rasulullah akan memasuki pintu masjid.
Alangkah terkejutnya beliau. Bukan apa-apa, tepat disamping pintu masjid, beliau melihat sesosok tubuh. Membayang. Dan akhirnya semakin jelas. Ternyata, ia adalah iblis yang terkutuk.
Baca Juga: Khotbah Terakhir Iblis yang Membuat Pengikutnya Menyesal
Iblis Takut kepada Orang yang Tertidur dengan Ilmu
Hmm, ada apakah gerangan kiranya, ia berada di tempat sesuci ini? Ketika Rasulullah melongokkan kepala ke dalam masjid, ada dua orang di sana.
Hanya, yang seorang tengah melaksanakan shalat. Seorang lagi, tampak tengah tertidur pulas dekat pintu.
Rasulullah bergegas menghampiri iblis. Beliau bertanya dengan penuh keheranan, “Hai Iblis, apa yang sedang kau lakukan di sini?”
Ditanya sedemikian rupa, apalagi oleh Rasulullah, iblis mendelik. Ia tidak kaget sama sekali kalau manusia yang satu ini bisa mengetahui kehadirannya.
Dengan ketakutan, ia pun menjawab, “Sejujurnya aku hendak masuk ke dalam masjid untuk menggoda dan merusak ibadah yang sedang shalat itu.”
Rasulullah mengernyitkan keningnya tanda semakin keheranan. Kalau itu saja yang ingin dilakukan mahluk terkutuk itu, apa sulit baginya? Rasulullah menduga-duga, pasti ada sesuatu yang lain.
“Mengapa kau urungkan? Apa yang menghalangimu?”
Iblis tidak menjawab segera. Ia kembali menatap wajah Rasulullah. Tetapi segera tertunduk kembali.
“Ada orang itu yang tengah tertidur di dekat pintu.”
Rasulullah semakin keheranan, “Ia yang sedang tertidur? Ada apa dengannya?”
“Aku takut padanya,” jawabnya gemetar.
Nabi sekarang benar-benar tidak menyembunyikan keheranannya yang luar biasa.
Bagaimana seorang iblis bisa takut kepada manusia yang tengah tertidur pulas dan bahkan seperti tidak berada di dunia –saking pulasnya?
“Hai iblis, aneh benar engkau. Sungguh-sungguh aneh! Aku tidak habis pikir, engkau justru takut kepada orang yang sedang tidur, padahal ia lalai dan lupa.
Mengapa engkau tidak takut kepada orang yang sedang shalat itu, sedangkan ia berada dalam keadaan ibadah dan munajah kepada Allah?”
Iblis menunduk. Ia masih gemetaran. Melihat ibls seperti itu, Rasulullah membiarkannya saja.
“Engkau ingin tahu, Rasulullah?” tanya Iblis.
Orang Tidur itu Punya Ilmu
Rasulullah mengangguk kepalanya segera. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang menarik, karena sungguh-sungguh langka luar biasa iblis tak berdaya pada manusia yang tengah tertidur.
Akhirnya dengan masih ketakutan, iblis berkata terpatah-patah, “Ketahuilah olehmu, wahai Rasulullah. Aku tidak takut pada orang yang tengah shalat itu karena orang itu bodoh.
Ia tidak pernah mencari ilmu sehingga ia tidak tahu bagaimana melaksanakan shalat dengan baik dan benar. Bagiku, mengganggu dan merusak ibadahnya semudah membalikkan telapak tangan.
Aku tidak banyak bekerja terlalu sulit untuk membuatnya seperti itu.”
Rasulullah masih heran mendengar penuturan iblis, “Lantas, kenapa kau takut kepada orang yang tengah tertidur itu?”
“Hmm,” Iblis menukas, “Sebab, orang yang sedang tertidur lelap itu adalah orang alim. Ia mempunyai banyak ilmu. Bahkan ketika ia tidurpun ia memakai ilmu –tidak asal tidur saja- hingga perlindungan Allah begitu kuat terhadapnya.
Itu yang menyebabkan aku menjadi takut masuk ke dalam masjid. Karena jika aku sudah berhasil mengganggu orang tengah shalat itu, pasti orang alim tersebut akan mampu mengusir aku dengan doa yang dibacannya sebelum tidur!”
Rasulullah menggangguk-anggukkan kepalanya mendengar keterangan iblis yang jujur itu.
Beliau makin sadar bahwa ilmu adalah satu-satunya senjata dan modal bagi umatnya untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan dunia akhirat.
Rasulullah teringat ia pernah diberitahu oleh Allah bahwa ketika Nabi Sulaiman disuruh memilih karunia yang disukainya, apakah harta, tahta, ataukah ilmu, Nabi Sulaiman justru mengambil ilmu.
Kalau ia memilih harta, belum tentu tahta dan ilmu didapatnya. Jika ia mengambil tahta maka harta dan ilmu juga belum tentu bisa diraihnya.
Namun, dengan memilih ilmu, akhirnya harta dan tahta dimilikinya. [Cms]
Sumber : Peri Hidup Nabi dan Para Sahabat, Kumpulan Kisah Yang Menyentuh dan Menggetarkan Hati, Saad Saefullah, Pustaka SPU.