ChanelMuslim.com – Asyura di antara dua peristiwa besar. Kezaliman adalah lawan bukan kawan. Ada dua perisitwa besar dan bersejarah yang biasanya dikenang umat Islam jika disebut Hari Asyura.
Oleh: Ustaz Abdullah Haidir, Lc.
Pertama peristiwa selamatnya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun dan tenggelamnya Fir’aun di laut Merah. Kedua adalah peristiwa tragis yang menimpa cucu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang mulia, yaitu Husain bin Ali bin Ali Thalib yang dibunuh oleh pasukan loyalis Yazid bin Mu’awiyah dalam peristiwa yang lebih dikenal sebagai peristiwa Karbala.
Meskipun kedua peristiwa ini dipisahkan oleh waktu sekian abad, namun keduanya dihubungkan latar belakang yang sama dari kedua figur utama di dalamnya, yaitu bahwa keduanya berdiri tegak di hadapan kezaliman.
Nabi Musa alaihissalam selain menyampaikan dakwah ajaran tauhid kepada Fir’aun, dia pun menentang tegas kezaliman Fir’aun atas bangsa Israil dan kemudian berujung pada tindakan Nabi Musa alaihissalam membawa Bani Israil yang tertindas di Mesir meninggalkan negeri itu menuju Palestina.
Padahal kalau mau hidup nyaman dia tinggal lanjutkan fasilitas VIP istana Fir’aun yang sudah dia nikmati sejak kecil.
Adapun cucu Rasululah shallallahu alaihi wa sallam, berdiri tegak di hadapan kezaliman Yazid yang menurutnya tidak pantas dijadikan sebagai khalifah.
Baca Juga: Keistimewaan Hari Asyura
Asyura di Antara Dua Peristiwa Besar
Pertama, karena penunjukkannya meninggalkan prinsip syura, kedua juga karena figur Yazid yang memiliki banyak catatan.
Sikap yang kemudian membuatnya dan para pengikutnya berangkat ke Kufah hingga akhirnya terjadi peristiwa Karbala yang memilukan.
Hal ini memberikan pelajaran berharga bagi setiap muslim, yaitu sikap yang harus tertanam bahwa posisi seorang muslim terhadap kezaliman adalah posisi yang saling berhadap-hadapan.
Jangan sampai seorang muslim menjadi pelaku kezaliman, atau membantu tindakan kezaliman, atau bahkan sekadar bersikap netral terhadap tindakan kezaliman.
Apalagi jika kezaliman tersebut menyebabkan derita sekian banyak manusia, baik harta, nyawa dan kehormatan.
Tuntutan ini lebih besar lagi berlaku bagi para ulama dan dai. Selain bertugas menyampaikan nilai-nilai keimanan, mereka juga harus ikut memiliki tanggung jawab mengatasi kezaliman yang terjadi di sebuah negeri.
Jangan sampai para ulama justru menjadi alat untuk melegitimasi kezaliman dengan serangkaian dalih yang dipaksakan. Apalagi jika kezaliman itu secara khusus diarahkan kepada kaum muslimin.
Sahabat Muslim, hendaknya kita tegaskan bahwa posisi kita terhadap kezaliman adalah LAWAN bukan KAWAN.[ind]