ChanelMuslim.com– “Aku tidak memerlukan dunia, tuan-tuan…!”
Demikian jawaban yang diberikan oleh Abu Dzar kepada Utsman setelah ia tiba di Madinah, yakni setelah berlangsung diskusi yang lama antara mereka.
Dari pembicaraan dengan shahabatnya itu, dan berita-berita yang berdatangan kepadanya dari seluruh pelosok yang menyatakan dukungan sebagian besar rakyat terhadap pendapat Abu Dzar, Utsman menyadari sepenuhnya bahaya gerakan ini dan kekuatannya.
Baca Juga: Abu Dzar Melakukan Dengar Pendapat Umum (1)
Abu Dzar: Aku Tidak Memerlukan Dunia, Tuan-Tuan!
Dari itu ia mengambil keputusan akan membatasi langkahnya, yaitu dengan menyuruh Abu Dzar tinggal di dekatnya di Madinah.
Keputusan itu disampaikan dan ditawarkan oleh khalifah secara lunak lembut dan bijaksana, katanya: “Tinggallah di sini di sampingku! Disediakan bagimu unta yang gemuk, yang akan mengantarkan susu pagi dan sore!”
“Aku tak perlu akan dunia tuan-tuan!” ujar Abu Dzar.
Benar, ia tidak memerlukan dunia manusia, karena ia termasuk golongan orang suci yang mencari kekayaan ruhani dan menjalani kehidupan untuk memberi dan bukan untuk menerima!
Dimintanyalah kepada khalifah Utsman radhiyallahu ‘anhu agar ia diberi izin tinggal di Rabadzah, maka diperkenankannya.
Dalam hangat-hangatnya gerakan revolusi itu Abu Dzar tetap memelihara amanat Allah dan Rasul-Nya, dan meresapkan sampai ke tulang sum-sumnya nasihat yang diberikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam agar tidak menggunakan sejata.
Dan seolah-olah Rasulullah telah melihat semua yang ghain, terutama mengenai Abu Dzar dan masa depannya. Maka disampaikannyalah nasihat amat berharga itu.
Oleh sebab itu Abu Dzar tak hendak menyembunyikan rasa terkejutnya mendengar sebagai orang yang gemar menyalakan fitnah, telah menggunakan ucapan dan dakwahnya untuk memenuhi keinginan dan siasat licik mereka.
Pada suatu hari sewaktu ia sedang berada di Rabadzah, datanglah perutusan dari Kufah memintanya untuk mengibarkan bendera pemberontakan terhadap khalifah. Maka disemburnya mereka dengan kata-kata tegas sebagai berikut:
“Demi Allah, seandainya Utsman hendak menyalibku di tiang kayu yang tertinggi atau di atas bukit sekalipun, tentulah saya dengar titahnya dan saya taati, saya bersabar dan sadarkan diri, dan saya merasa bahwa demikian adalah sebaik-baiknya bagiku!”
“Dan seandainya ia menyuruhku berkelana dari ujung ke ujung dunia, tentulah akan saya dengar dan taati, saya bersabar dan sadarkan diri, dan saya merasa bahwa demikian adalah sebaik-baiknya bagiku!”
“Begitupun jika ia menyuruhku pulang ke rumahku, tentulah akan saya dengar dan taati, saya bersabar dan sadarkan diri, dan saya merasa bahwa demikian adalah sebaik-baiknya bagiku!”
Bersambung…