Dalam Islam, menawarkan barang dagangan pun ada aturannya tersendiri. Kita telah diberikan tuntunan agar bisa menjual barang dengan cara yang baik.
Baca Juga: BAZNAS dan Startup Dagangan Jalin Kerjasama Program Ramadan
Tuntunan Islam dalam Menawarkan Barang Dagangan
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata,
لقد فرض الله عليكم في معاملاتكم الصدق والبيان وحرم عليكم الكذب والكتمان، من باع سلعة وجب عليه أن يبين ما فيها من العيوب وأن يصدق فيما يذكره فيها من كل وصف مطلوب لا يذكرن فيها وصفا يرغب وليس فيها، مثل أن يقول إنها طيبة إنها جديدة وليست كذلك، فإن من فعل هذا فهو خاسر وإن ربح حطاما من الدنيا، أترضى أن تأخذ من مال أخيك بما كذبت عليه أما تخاف أن يتعلق بك يوم القيامة مطالبا بحقه حين لا درهم ولا دينار تعول عليه؟ إذا بينت عيوب سلعتك فأنت رابح وإن نقصت قيمتها لأنك امتثلت ما أمر الله وتركت ما حرم الله، رابح لأنك اكتسبت المال من طريق حلال.
“Sungguh, Allah telah mewajibkan kepada kalian kejujuran dan menjelaskan keadaan barang dagangan di dalam bermuamalah.
Dan Allah mengharamkan kepada kalian kedustaan dan menyembunyikan cacat barang.
Barangsiapa yang menjual suatu barang, maka wajib baginya untuk menjelaskan jika terdapat cacatnya dengan jujur.
Dia menyebutkan barang tersebut dari semua sifatnya yang dituntut. Jangan sekali-kali dia menyebutkan sifat yang menarik hati pada barang tersebut sedangkan sifat tersebut tidak ada padanya.
Contoh dia mengatakan, ‘Barang ini bagus dan baru’. Padahal kenyataannya tidak begitu.
Jika dia lakukan hal ini, maka sungguh dia telah merugi walaupun dia mendapat untung pada bagian dunianya.
Apakah engkau rela mengambil harta saudaramu dengan kedustaan? Tidakkah engkau takut akan tergantung padamu di hari kiamat kelak tuntutan haknya di hari yang tidak berguna lagi dinar dan dirham yang engkau berikan kepadanya?
Apabila engkau jelaskan cacat yang terdapat pada barang daganganmu, maka sungguh engkau telah beruntung walaupun berkurang harganya karena engkau telah menjalankan perintah Allah dan meninggalkan sesuatu yang Allah haramkan.
Engkau beruntung karena telah mendapatkan harta tersebut melalui cara yang halal.”
[Cms]
Sumber:
Adh-Dhiyā’ al-Lāmi’, jilid 2, hlm. 241.
Alih bahasa:
Abu Fudhail Abdurrahman ibnu Umar.
https://t.me/alfudhail