SAHABAT Muslim, tahukah kamu bahwa kita tidak boleh sengaja berpakaian aneh? Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي الدُّنْيَا أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Siapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan memberinya pakaian hina pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud no.4029, An An Nasai dalam Sunan Al-Kubra no,9560, dan dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.2089).
Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Cara Berpakaian Berpengaruh pada Psikis
Tidak Boleh Sengaja Berpakaian Aneh
Pakaian syuhrah maksudnya pakaian yang aneh bin nyeleneh sehingga pemakainya menjadi perhatian orang.
Pakaian syuhrah ini tidak harus mahal atau bagus. Asy Syaukani menjelaskan:
والحديث يدل على تحريم لبس ثوب الشهرة، وليس هذا الحديث مختصاً بنفس الثياب، بل قد يحصل ذلك لمن يلبس ثوباً يخالف ملبوس الناس من الفقراء ليراه الناس فيتعجبوا من لباسه ويعتقدوه. قاله ابن رسلان. وإذا كان اللبس لقصد الاشتهار في الناس، فلا فرق بين رفيع الثياب ووضيعها، والموافق لملبوس الناس والمخالف. لأن التحريم يدور مع الاشتهار
“Hadits ini menunjukkan haramnya memakai pakaian syuhrah. Dan hadits ini tidak melarang suatu jenis pakaian, tetapi efek yang terjadi ketika memakai suatu pakaian tertentu yang berbeda dengan keumuman masyarakat yang miskin, sehingga yang memakai pakai tersebut dikagumi orang-orang.
Ini pendapat Ibnu Ruslan. Dan juga pakaian yang dipakai dengan niat agar tenar di tengah masyarakat.
Maka, bukan perkaranya apakah pakaian itu sangat bagus atau sangat jelek, ataukah sesuai dengan budaya masyarakat ataukah tidak, karena pengharaman ini selama menimbulkan efek ketenaran.” (Dinukil dari Mukhtashar Jilbab Mar’ah Muslimah, 1/65).
Namun, jika pakaian yang sesuai dengan adab-adab Islam dianggap nyeleneh oleh masyarakat, maka tidak termasuk dalam larangan ini.
Karena yang keliru adalah masyarakatnya, bukan pakaiannya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
بدأَ الإسلامُ غريبًا، وسيعودُ كما بدأَ غريبًا، فطوبى للغرباءِ
“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah ghuraba (orang-orang yang asing).” (HR. Muslim no. 145).
قيل ومَنِ الغُرَباءُ قال الَّذينَ يَصلُحونَ إذا فسَد النَّاسُ
“Ada yang bertanya: siapa orang ghuraba (orang asing) itu? Nabi menjawab: mereka adalah orang-orang yang tetap berbuat kesalihan ketika orang-orang umumnya sudah rusak.” (HR. Ath Thabrani dalam Al Wasith, 3/250).
Wallahu a’lam. [Cms]
@fawaid_kangaswad