TIDAK ada anak yang bodoh. Ya, yang ada hanyalah keputusasaan dari anak, guru, dan mungkin orang tua untuk sama-sama bersabar dalam menghadapi kesulitan belajar anak.
Tidak semua anak dapat dengan mudah menerima pelajaran di sekolah. Ada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar.
Anak yang mengalami kesulitan belajar, bukan berarti tidak cerdas atau tidak memiliki kemampuan sama sekali. Karenanya, jangan sekali-kali memvonisnya malas, apalagi bodoh.
Kesulitan belajar didefinisikan oleh para ahli sebagai gangguan kemampuan otak untuk menerima, mengolah, menganalisis, atau menyimpan informasi, sehingga memperlambat anak dalam perkembangan akademiknya.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menelisik penyebab gangguan belajar pada anak. Ada yang mengaitkannya dengan komplikasi atau gangguan yang dialami ibu pada masa kehamilan.
Ada juga yang menduga hal ini terjadi pada masa persalian, di mana oksigen tidak diterima oleh bayi dengan baik sehingga menyebabkan perkembangan otaknya terganggu.
Trauma fisik dan psikologi yang terjadi pada masa kecil juga disinyalir menjadi menyebabkan kesulitan belajar yang terbawa sampai dewasa.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya? Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti mengulas hal ini.
Pertama, dicari dulu gangguan belajar apa yang dialami anak. Apakah kesulitan membaca, menulis, berhitung, menghafal, atau apa?
Masing-masing penyebab mempunyai solusi dan penanganan yang berbeda. Namun satu yang pasti, jangan pernah lelah untuk terus mendampinginya.
Baca Juga: Cara Memperbaiki Psikologis Anak yang Sering Dikatakan Bodoh
Tidak Ada Anak yang Bodoh
Sebagaimana yang dilakukan Imam Syafi’i pada salah satu muridnya yang bernama Rabi’ bin Sulaiman al-Murodi.
Syahdan Sang murid ini terkenal sangat lambat dalam menerima pelajaran atau bati’ al-fahm (mempunyai kecerdasan di bawah rata-rata).
Namun Imam Syafi’i dengan penuh kesabaran terus membimbingnya. Ada satu ucapannya yang sangat masyhur, “Seandainya aku bisa memberi ilmu lewat perantara makanan, niscaya aku akan menyuapinya.”
Setiap hari Rabi’ bin Sulaiman meninggalkan majelis dengan tertunduk malu pada teman-temannya karena tak kunjung paham apa yang dijelaskan gurunya.
Imam Syafi’i lalu memanggilnya sendiri dan mengulangi pelajaran sampai ia paham. Konon Sang Guru sampai harus mengulang 40 kali dan Rabi’ bin Sulaiman baru mengerti.
View this post on Instagram
Guru dan murid itu tak pernah putus asa melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun.
Hingga sejarah mencatat, Rabi’ bin Sulaiman adalah murid Imam syafi’i yang paling banyak meriwayatkan dan memberikan penjelasan atas kitab-kitab gurunya.
Saat Sang Imam berpulang, lebih dari 200 ulama datang padanya untuk belajar dan mendengar langsung penjelasan kitab-kitab Imam Syafi’i dari lisannya.
Jadi, kalau sekarang umat Islam di seluruh dunia dapat memahami madzhab Syafi’i, tak lain pasti ada kontribusi Rabi’ bin Sulaiman di dalamnya.
MasyaAllah.[ind]