SEORANG peneliti gen asal Jepang Kazuo Murakami menjelaskan tentang tombol jatuh cinta yang aktif sejalan dengan perasaan gelora cinta seseorang.
Dalam bukunya, Murakami menyebutkan bahwa gen manusia itu ada tombol on off-nya. Gen kita itu bisa “dinyalakan” atau di “on” kan atau di-off-kan tergantung kebutuhan dan stimulusnya.
Di Eropa sudah ada penelitian yang menyebutkan nilai protein yang berkaitan dengan hormon, berfluktuasi ketika seseorang merasakan gelora cinta.
Hasil riset ini memiliki makna bahwa jatuh cinta punya kaitan dengan nyala atau padamnya (on/off) tombol gen.
Ketika seseorang jatuh cinta dan merasa hidup serta bergairah, maka itu akan berpengaruh pada on/off-nya tombol gen, begitulah perkataaan beliau mengenai jatuh cinta dan on off-nya gen manusia.
Dokter Zaidul Akbar dalam tulisannya, mengulas mengenai hal ini.
Saya lalu merenung, berfikir, mengapa urusan cinta ini dalam syariat diatur dan cinta atau jatuh cinta yang sesuai syariat agama akan memberikan efek luar biasa dalam kehidupan seseorang.
Lihatlah bagaimana kehidupan generasi terbaik di zaman dahulu yang mereka hidup dengan cinta, hidup dengan jatuh cinta, bukan kepada manusia, tapi kepada Robb-nya dan Rasulullah.
Dan ketika Allah dan Rasul-Nya dicintainya lebih dari siapapun dan apapun maka urusan cinta dengan makhluk menjadi nomor kesekian tanpa kehilangan esensi cinta tersebut, alias enggak kebablasan cintanya.
Gen dan Jatuh Cinta
Tema jatuh cinta kita bukan jatuh cinta biasa, tapi jatuh cinta yang urusannya kepada keimanan, yang Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.”
Baca Juga: Konsep Jatuh Cinta dalam Islam
View this post on Instagram
Mengapa urusan cinta dan jatuh cinta apalagi di zaman kepalsuan saat ini menjadi penting?
Karena banyak yang salah mencinta, cinta yang palsu, cinta yang tak bermuara dan berimbas kepada naiknya iman dan ketaatan pada Allah dan, cuma sebatas lisan saja.
Cinta yang sejatinya bukan karena Allah pasti akan merasakan kesengsaraan pada titik tertentu bukan kenikmatan.
Itu sebabnya, jika hidup ingin terus bergairah dan berkarya untuk Allah, berkarya dalam berbuat baik, maka buatlah diri jatuh cinta setiap hari, setiap saat kepada Allah, jatuh cinta kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Dengan demikian, cinta yang lain hanya mengikuti saja karena cinta Allah dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam akan berefek ke sibuknya seseorang mengejar akhirat, mengejar surganya Allah, mengejar cintanya nabi.
Maka dunia tak lagi diperhitungkan dan tak penting untuknya. Dunia tak lagi merisaukannya, karena dunia yang ia singgahi saat ini tiada indah-indahnya dan semua yang di dunia itu adalah terlaknat kecuali zikrullah.
Tenang kan hidup seperti itu?
Sudah cukuplah hidup tanpa cinta, tanpa cinta kepada Allah dan rasul-Nya sehingga hari-hari terasa berat, bahkan hal kecil yang dirasakan bisa jadi masalah besar karena cinta kepada Allah dan rasul-Nya tak mampu menenangkannya.
Maka ya itu tadi, mintalah kepada Allah agar dijadikan jatuh cinta kepada-Nya setiap hari sehingga urusan cinta terhadap makhluk tak kan mungkin lebih besar dari cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.[ind]