Chanelmuslim.com – Saham Untuk Allah
Di wilayah Mesir ada satu kota kecil bernama tafahna. Mula-mula kota ini sepi dan sebagaimana kota kecil di Indonesia, akses ke mana-mana sulit.
Hingga pada saat saya mengikuti sebuah pelatihan, dikisahkan oleh Syaikh DR. Musthafa Dasuki Kasbah, pakar wakaf dari al-azhar University, bahwa di kota kecil itu ada seorang anak muda bernama Sholah Atiyah.
Ketika kuliah anak muda ini sangat miskin. Diceritakan bahwa ia hanya mempunyai satu celana panjang. Bayangkan saudara-saudara, ada mahasiswa yang celana jarang gonta-gonti karena punyanya hanya itu. Bayangkan pula bagaimana ia makan, bergaya hidup dan sebagainya pastilah khas orang miskin kebanyakan.
Baca Juga: Tak Ada yang Aman dari Takdir Allah
Saham Untuk Allah
Dahsyatnya, saat ia lulus dan mendapat gelar insinyur, ia mengajak temannya yang sama-sama miskin, berbisnis. Ia berkata pada temannya:
“Ayo kita bisnis bareng, nanti sahamnya kita bagi tiga”
“lho bukannya kita cuma berdua? Siapa yang ketiga? ” tanya temannya, penasaran.
“yang ketiga adalah Allah. Ayo kita berbisnis bersama Allah. Dia, Tuhan kita semua, sahamnya adalah sepertiga” Jawab Sholah Atiyah yang langsung disetujui temannya.
Saat usahanya masih kecil, saham Allah diberikan menyesuaikan hasil. Beliau tidak peduli besar atau kecilnya pendapatan yang penting sepertiganya selalu untuk sedekah jariyah.
Kata-kata sepertiga membuat ingatan saya menerawang jauh hingga ke Jaman Nabi, bahwa ada kisah seorang petani yang kisahnya diabadikan dalam hadist riwayat Imam Muslim.
Rasulullah bersabda:
“Ketika ada seorang sedang berjalan di sebuah padang yang luas, tak berair dan sunyi, tiba-tiba dia mendengar suara dari awan:
‘Siramilah kebun si fulan!’
Maka awan itu menepi (menjauh) lalu menumpahkan airnya di tanah dengan bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air yang telah dipenuhi dg air. Maka ia menelusuri (mengikuti) jalannya air tersebut. Ternyata ada seorang laki-laki yang sedang berada di kebunnya, dia sedang mengalirkan air dengan menggunakan cangkulnya.
Kemudian dia bertanya, ‘Wahai hamba Allah, siapakah nama anda?’ dia menjawab, ‘Fulan.’ Sebuah nama yang didengar dari suara awan tadi.
Kemudian orang itu balik bertanya, ‘Mengapa anda menanyakan namaku?’ dia menjawab, ‘Saya mendengar suara dari awan yang ini adalah airnya, mengatakan ‘Siramilah kebun si fulan!’ yaitu nama anda. Maka apakah yang telah anda kerjakan?.’
Dia menjawab, ‘Karena anda telah mengatakan hal ini maka akan saya, ceritakan bahwa saya memperhitungkan (membagi) apa yang dihasilkan oleh kebun ini; sepertiganya saya berikan kepada Allah dg sedekah; sepertiganya lagi saya makan bersama keluarga dan sepertiganya lagi saya kembalikan lagi ke kebun (untuk ditanam kembali).”
Subhanallah, kita tahu bahwa hujan adalah rezeki yang paling sulit diprediksi. Itu saja bisa digiring dan di istimewakan untuk orang yang menginfakkan sepertiga hartanya. Bagaimana dengan rezeki yang lain? Uang, properti dan aset-aset lain yang relatif bisa dihitung matematis. Tentu lebih mudah bagi Allah untuk digiring dan di istimewakan bagi mereka yang mau memberi sepertiga sahamnya kepada Allah.
Saya pikir wajar bila kesuksesan bisnis Sholah Atiyah diatas, makin meroket. Hari berganti hari, tahun demi tahun, secara istiqomah saham Allah dari usahanya itu beliau bangunkan gedung-gedung pendidikan. Kenyataannya usaha beliau bukan surut tapi makin maju. Makin menggurita.
Padahal yang beliau inginkan dari tiap wakafnya adalah ridha Allah dan Negeri akhirat. Eh malah di dunia sudah terbalas belipat ganda. Memang kejar akhirat, dunia mendekat. Kejar akhirat dua keuntungan didapat; keuntungan dunia sebagai DP dan keuntungan sempurna saat di akhirat.
Bahkan kini kota tafahna yang dulunya sepi jadi ramai. Beliau berwakaf dengan membangun gedung cabang Al-Azhar di kota tersebut. Tidak tanggung-tanggung. Ada lima fakultas yang beliau bangun.
Dulunya mahasiswa sedikit, tapi kini lebih dari 50 ribu mahasiswa di kota kecil itu. Subhanalloh ini setara dengan UNDIP atau UGM atau yang lain di Indonesia.
Bukan hanya itu, karena tiap usaha, yang makin beragam dan menggurita itu, selalu sepertiga sahamnya untuk wakaf, maka selain gedung-gedung fakultas beliau juga menggratisi siapa saja yang sekolah tingkat SD, SMP, SMA di kota kecil itu.
Kota kecil itu, kini telah ramai, saudagar super kaya bernama Sholah Atiyah inilah yang punya peran penting dalam pembangunan dan pengadaan fasilitas umum seperti stasiun kereta api dan lain-lain. Melalui harta-harta wakaf beliau.
Belum lama ini, baru 2 tahun yang lalu (dari tahun 2016, saya mengikuti pelatihan) saudagar besar ini meninggal dunia.
Ribuan orang turut berduka cita atas kepergiannya. Kata DR. Musthofa Syaikh Al-Azhar itu, belum pernah ada prosesi mengantar jenazah yang seramai Sholah Athiyah.
Dzahirnya beliau telah mati. Tapi hakikinya beliau abadi. Gedung-gedung pendidikan dan fasilitas-fasilitas umum yang dibangun dengan wakafnya itulah yang menjadi saksi.
Semoga kita bisa meneladaninya. []
Sumber : kangriyadh.com