ChanelMuslim.com – Respon terhadap pemberian akan mempengaruhi rasa syukurmu. Pendirir Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini menceritakan bagaimana respon masyarakat terhadap kegiatan berbagi yang mereka lakukan.
Setiap Jumat, kami mewakili Rumah Pintar Aisha konsisten berbagi untuk masyarakat sekitar.
Ada beberapa amanah dari sahabat, teman yang harus kami tunaikan di hari Jumat melalui program Jumat berbagi.
Ada beberapa kejadian yang bisa kita ambil pelajaran. Kejadian pertama, saat itu kami berbagi sayuran, seperti terong, sayuran untuk membuat sop, sayuran untuk membuat sayur asem, sawi, ubi, jagung, tempe, tahu dll.
Baca Juga: Pemberian Seafood untuk MPASI yang Tepat
Pemberian yang Tidak Disyukuri
Karena pandemi, kami menaruh sayuran itu di depan pagar rumah. Ada seorang ibu datang lalu mengambil terong. Namun yang membuat kami kurang nyaman adalah, saat ibu ini berkata seperti ini dengan senyum sinisnya “ah… cuma terong”.
Kami memang tidak tahu, namun ada ibu lain yang mendengar dan menceritakan kejadian itu kepada kami. Mendengar, cerita itu, kami hanya bisa menghirup nafas dalam-dalam sambil tersenyum.
Lalu suami berkata “Nggak apa-apa, normalnya hidup memang seperti itu, ada yang bersyukur, ada yang mencibir”. Semua itu normal.
Memang kita tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Jangankan diri kita, emangnya siapa sih kita ini, Nabi saja banyak orang yang mencibir, menghina, menuduh penyihir dan hinaan-hinaan yang lain apalagi diri kita. Jadi anggap saja, normalnya hidup memang seperti itu.
Ada lagi laporan ke kami, saat kami berbagi beras 2 kg kepada masyarakat sekitar (yang menurut kami masyarakat prasejahtera), ada seorang ibu yang menerima beras itu sambil mencibir pemberian kami “Huh… cuma 2 kg”.
Sekali lagi menghadapi seperti ini kami hanya tersenyum. Coba sobat bayangkan, saat kita memberikan sesuatu kepada orang lain, apalagi dari segi ekonomi orang tersebut kategori prasejahtera.
Kita sudah ikhlas memberi tiba-tiba pemberian kita dicibir, diremehkan, apa perasaan Bapak/Ibu semua, sakit hati, marah, kesel minimal hati ini tidak nyaman.
Lalu kita berpikir, ya sudah lain kali nggak perlu dikasih lagi. Akhirnya, Ibu ini setiap ada bantuan, tidak pernah mendapatkannya.
Nah, beda rasanya saat kita memberikan sesuatu kepada orang misalnya 2 biji terong lalu orang tersebut, bersyukur “Alhamdulillah terima ya Bu dapat rezeki, buat makan kami sekeluarga, semoga rezekinya lancar ya bu”.
Sambil pergi membawa terong, Ibu ini bahagia dan senang sekali. Kita yang melihatnya tentunya juga sangat bahagia. Saat bertemu dengan ibu ini lagi, kita terdorong untuk memberi lagi misalnya minyak 2 liter.
Kita melihat sang ibu senang sekali, senyumnya penuh dengan kegembiraan. “Alhamdulillah ya Allah, ibu kok baik sekali… terima kasih ya Bu, saya doakan semoga ibu sekeluarga sehat, dan diberi rezeki yang banyak dan berkah”.
Kita sebagai pemberi juga ikut merasakan kegembiraan melihat orang lain gembira menerima pemberian kita. Pada hari ketiga, kita bisa memberi lebih banyak lagi.
Hari berikutnya, kita akan lebih sering dan lebih banyak lagi memberi ibu ini daripada sebelumnya.
Sobat, begitulah saat Allah memberi rezeki kepada hambaNya. Ibu tadi yang mencibir pemberian meskipun hanya terong dan beras 2 kg, secara tidak sadar mereka itu tidak mensyukuri nikmat Allah.
Secara tidak sadar, mereka itu mencela pemberian Allah. Kira-kira nih, Allah senang atau tidak saat pemberianNya dicela dan dicibir. Pasti Allah akan marah.
Sebaliknya, saat Allah memberi kita rezeki lalu kita tampak bahagia sekali, kita mensyukuri pemberian Allah ini, kira-kira Allah senang atau tidak. Pasti Allah akan senang sekali melihat hamba-Nya bahagia dan bersyukur saat menerima pemberian-Nya.
Karena Allah itu senang sekali melihat hamba-Nya bahagia dan bersyukur atas pemberian-Nya maka Allah akan memberikan lagi dan lagi.
Semakin bersyukur hamba-Nya dan semakin senang hamba-Nya, maka Allah akan semakin menambah pemberian-Nya, semakin sering lagi dan pada akhirnya Allah membimbingnya untuk selalu berada di jalan-Nya.
Itu semua karena Allah bahagia dengan hamba-Nya, tambah sayang kepada hamba-Nya.
Jika Allah sudah sayang kepada hamba-Nya maka Allah akan mencukupkan rezeki hamba-Nya, menambah kenikmatan hamba-Nya serta menjaga hamba-Nya untuk selalu berada di jalan-Nya sehingga hamba-Nya akan selamat dan masuk surga.
Sebaliknya, jika Allah mendapati hamba-Nya yang tidak mau bersyukur bahkan menghina, mencibir, meremehkan pemberian-Nya maka Allah akan sangat murka.
Hamba-Nya tidak mau bersyukur, berbuat sombong, dzolim, angkuh. Orang-orang yang seperti itu akan mendapatkan murka Allah dan siksa yang pedih nanti di akhirat.
Jadi sobat, pahamilah setiap pemberian yang kita terima apapun itu, pada hakikatnya itu adalah rezeki dari Allah. Jangan menghina pemberian orang lain meskipun kita tidak menyukainya.
Jangan mencibir pemberian orang lain meskipun kita telah memiliki yang lebih baik. Jikalau diberi, terima apapun itu. Jika memang kita tidak suka, terima saja dulu, meskipun tidak kita pakai nanti kita sedekahkan kepada orang yang membutuhkan.
Jadi apapun yang kita dapatkan, bersyukurlah dan ekspresikan kebahagiaan kita. Allah akan sangat senang dan sayang sekali saat kita bersyukur dan bahagia atas pemberian-Nya.
Sebaliknya Allah akan sangat tidak menyukai orang-orang yang tidak pernah bersyukur bahkan menghina pemberian-Nya, bahkan Allah mengancam dengan siksa-Nya jika hamba-Nya tidak bersyukur.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).[ind]