ChanelMuslim.com – Perjalanan Imam Syafi’i dalam menimba ilmu tidaklah mudah dan cepat. Walau sudah terkenal hebat di masa mudanya, tapi perjuangan Imam Syafi’i juga tidak kalah hebatnya. Beliau adalah manusia hebat yang lahir dari pendidikan yang hebat.
Baca Juga: Sikap Imam Syafi’i saat Berselisih
Perjalanan Imam Syafi’i Menimba Ilmu
Dikutip dari channel telegram Generasi Shalahuddin @gensaladin, beliau lahir di Gaza dalam keadaan yatim, dan menimba ilmu di Makkah.
Di usia belianya, beliau sudah diajari tentang ilmu bahasa, sastra dan Al Qur’an tentunya sebagai pondasi utama.
Aktris hebat dibalik kehebatan Asy Syafi’i adalah ibunya. Saat usia mudanya, Imam Syafi’i dikirim ibunya untuk pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam Malik.
Bersama Imam Malik, ia mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Dan bayangkan, di usianya yang masih 15 tahun, gurunya mengizinkannya untuk memberi fatwa. Sebuah pencapaian yang luar biasa.
Di usianya yang ke-15 itu pulalah ia juga pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana.
Perjalanan ilmu yang dilakukan oleh Imam Syafi’i ke Makkah, Madinah, Najran, Baghdad, dan berakhir di Mesir membuatnya menguasai banyak sekali cabang keilmuan dan menyelamatkan Kaum Muslimin dari pemahaman agama yang salah saat itu.
Menjelang wafatnya, Imam Syafi’i terkena wasir. Penyakit ini benar-benar menguji kesabaran beliau selama hampir 4 tahun, tetapi beliau teguh menghadapinya demi dakwah yang beliau bangun di Mesir.
Hebatnya, dalam keadaan sakit itu beliau masih menghasilkan empat ribu lembar karya.
Selain itu, beliau terus mengajar, meneliti dialog serta mengkaji baik siang maupun malam.
Imam Syafi’i wafat di Mesir pada 20 Januari 820 M setelah pengembaraan ilmu dan jihad intelektualnya di membela Islam dan menjaga keaslian tauhid kaum Muslimin.
Beliau menjadi legenda yang abadi dalam ingatan umat, sebab aliran mazhab beliau yang sampai kini diikuti oleh ratusan juta muslim di seluruh dunia, sebagian besar di Mesir, Sudan, Irak, Syam, Persia, Yaman, Afrika Timur, Asia Tengah, Asia Selatan dan Indonesia
Tidak lama setelah kabar syahidnya tersebar di Mesir, kesedihan dan duka melanda seluruh warga, mereka semua keluar dari rumah ingin membawa jenazah di atas pundak, karena dahsyatnya kesedihan yang menempa mereka.
Tidak ada perkataan yang terucap saat itu selain permohonan rahmat dan ridha untuk yang telah pergi. [Cms]