USTAZ Cahyadi Takariawan menegaskan untuk perhatikan makanan yang kita konsumsi.
Dalam kitab Ma’ayirul Halal wal Haram, Kiai Ali Mustafa Yaqub menjelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat terkait kriteria suatu makanan disebut thayyib.
Setidaknya ada tiga pendapat ulama terkait kriteria suatu makanan disebut thayyib.
Pertama, makanan disebut thayyib atau baik dikonsumsi ketika makanan tersebut tidak membahayakan fisik dan akal.
Pendapat ini disampaikan Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsirul Quranil ‘Adzim berikut:
انه اباح لهم ان يأكلوا مما في الارض في حال كونه حلالا من الله طيبا أي مستطابا في نفسه غير ضار للأبدان ولا للعقول
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Perhatikan Makananmu
Baca juga: Buka Puasa Sambil Menjelajahi Kelezatan Kuliner Asia di Hotel Aston Priority Simatupang
“Sesungguhnya Allah membolehkan kepada makhluk-Nya untuk mengkonsumsi apa saja yang terdapat di bumi selama dalam kondisi halal dari Allah dan thayyib, artinya makanan tersebut dinilai baik dan tidak membahayakan fisik dan akal.”
Kedua, makanan disebut thayyib apabila makanan tersebut mengundang selera. Pendapat ini disampaikan oleh Imam Syafii dan ulama lainnya.
Ketiga, makanan disebut thayyib apabila makanan tersebut halal, tidak najis dan tidak diharamkan. Pendapat ini disampaikan oleh Imam Malik dan Imam Atthabari.
Dari tiga pendapat ulama di atas, kriteria makanan disebut thayyib apabila makanan tersebut halal, tidak najis dan tidak diharamkan serta mengundang selera dan tidak membahayakan fisik serta akal.
Selain kriteria ini, maka suatu makanan tidak disebut thayyib sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
Hal ini tentu bukan tanpa alasan, karena Allah memerintahkan sesuatu pasti ada manfaatnya untuk kebaikan manusia.
Selain itu kebaikan makanan juga dilihat dari kapasitasnya, kalau halal tapi berlebihan maka jadi bisa jadi tidak baik untuk tubuh.[Sdz]