ChanelMuslim.com – Nenek ini masuk Islam karena pakaian dalam. Betapa terkesan ibu tua ini. Jika untuk hal yang kecil saja Islam memperhatikan apalagi untuk hal yang besar, pikir pencuci baju itu. Dan tidak lama kemudian ia mengikrarkan Syahadat, masuk Islam dengan ‘perantaraan’ pakaian dalam.
Baca Juga: Kisah Seorang Yahudi Masuk Islam karena Mengetahui Al-Qur`an sangat Terjaga
Nenek Masuk Islam karena Pakaian Dalam
Hidayah memang bisa menghampiri tiap orang dengan cara apa saja. Seperti sebuah fakta yang dikisahkan oleh Doktor Sholeh, pengajar di sebuah perguruan tinggi Islam di Arab Saudi, saat ditugasi ke Inggris.
Dikisahkan, ada seorang perempuan tua yang biasa mencuci pakaian para mahasiswa Inggris termasuk pakaian dalam mereka. Tidak ada sisi menarik pada wanita ini, tua renta, pegawai rendahan, dan hidup sendirian. Setiap kali bertemu, dia selalu membawa kantong plastik berukuran besar yang terisi penuh dengan pakaian kotor.
Untuk pekerjaan kasar seperti ini, penghuni rumah jompo ini terbilang cekatan di usia yang sudah terbilang uzur. Di Inggris, masyarakat yang memiliki anggota keluarga lansia biasanya cenderung memasukkan mereka ke panti jompo. Dan tentu saja keadaan miris ini harus diterima kebanyakan para orangtua dengan besar hati agar tidak membebani anak mereka.
Nah, bagi wanita tua yang biasa dipanggil Auntie atau Bibi ini, profesinya sebagai petugas laundry justru membuatnya lebih dekat dengan sepak terjang dan liku-liku penghuni asrama yang rata-rata adalah mahasiswa dari luar Inggris. Sang Bibi paham betul kebiasaan para mahasiswa yang tinggal di asrama ini selain belajar sehari-hari, adalah pergi clubbing sekadar “having fun”. Banyak asrama memiliki bar, cafe, ruang duduk untuk menonton televisi, ruang musik dan fasilitas olahraga sendiri. Dan salah satu sisi negatif dalam pergaulan anak-anak muda Inggris adalah bila mereka sudah dekat botol miras, biasanya mereka akan mabuk.
Dan dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi. Muntah di sembarang tempat, kencing dalam celana dan sebagainya. Saat para penghuni asrama masih dibuai mimpi karena kelelahan habis clubbing semalaman suntuk. Tinggallah sang Bibi memunguti pakaian kotor itu setiap hari. Dan kadang harus diangkut dari kamar, jauh sebelum mereka bangun dari tidur. Kemudian disortir dengan teliti satu persatu berdasarkan jenis bahan, ukuran, warna dan yang lebih spesifik lagi dipisahkannya pakaian dalam dari yang lain.
Waktu terus berjalan, sampailah suatu saat asramanya kedatangan penghuni baru yaitu beberapa mahasiswa muslim dari Timur Tengah yang mendapat tugas belajar dari negaranya. Tampaknya si Bibi ini betul-betul perhatian dengan apa yang dicucinya. Sampai-sampai dia tahu ini pakaian si A, ini si B dan seterusnya. Tidak terkecuali dengan pakaian kotor milik mahasiswa dari Timur Tengah tadi. Namun saat dilakukan sortir pakaian dalam, si Bibi merasa ada sesuatu yang tidak biasa, karena dari semua pakaian yang dicucinya, hanya pakaian muslim Arab saja yang terlihat tidak kotor, tidak berbau, tidak kumuh dan tidak banyak noda di pakaiannya.
Kejadian langka ini semakin mendorong rasa penasaran si Bibi. Lagi-lagi pencuci pakaian di asrama ini selalu merasa aneh saat mencuci celana dalam mereka. Berbeda dengan yang lain, kedua pakaian dalam mereka selalu tak berbau. Maka masih dalam keadaan penasaran, si Bibi memutuskan bertanya langsung dengan ‘pemilik celana dalam’ itu. Saat ditanya kenapa.
Dua orang ini menjawab, ”Kami selalu istinja setiap kali buang air.” Sang Bibi bertanya lagi, ”Apakah itu diajarkan dalam agamamu?” “Ya!” Jawab dua orang pelajar muslim tadi. Merasa belum yakin seratus persen dengan jawaban itu, akhirnya si Bibi datang menemui salah seorang tokoh muslim yaitu Doktor Sholeh, pengajar di sebuah perguruan tinggi Islam di Saudi yang sedang ditugasi di Inggris.
Wanita tua ini menceritakan keheranannya selama bertugas perihal adanya pakaian dalam yang ‘aneh’. Maka ustadz ini menceritakan karena pemiliknya adalah muslim, agama kami mengajarkan bersuci setiap selesai buang air kecil maupun buang air besar, tidak seperti mereka yang tidak perhatian dalam masalah seperti ini.
Betapa terkesan ibu tua ini. Jika untuk hal yang kecil saja Islam memperhatikan apalagi untuk hal yang besar, pikir pencuci baju itu. Dan tidak lama kemudian ia mengikrarkan Syahadat, masuk Islam dengan ‘perantaraan’ pakaian dalam.
Tidak disangka ternyata diam-diam si tukang cuci masuk Islam. Gemparlah para mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut, yang kebanyakan adalah non muslim. Mereka berusaha ingin tahu sebab si Bibi masuk Islam.
Wanita tua itu pun menjawab dengan yakin bahwa dirinya sangat kagum dengan kawan muslim Arab ini, karena dari semua pakaian yang dicucinya, hanya pakaiannya sajalah yang terlihat tidak macam-macam. Dan dengan hidayah Allah swt, dirinya dapat membedakan antara pakaian seorang muslim dan non muslim. (ind/Annida Online/Majalah Al-Qawwam)