TELAH mendarah daging dalam diri setiap muslimah mengikuti pengajian atau majelis ilmu sejak 15 abad lalu. Jadi kalau sekarang ada yang merasa bingung dan mempertanyakan, barangkali ia tidur terlalu lama atau mainnya kurang jauh.
“Ke mana saja, Bu?”
Penulis buku Journey to the Light, Uttiek M. Panji Astuti menulis mengenai pengajian muslimah atau Majelis Ilmu.
“Apakah kalian pernah mendengarkan seorang perempuan bertanya tentang agamanya dengan pertanyaan yang lebih baik dari pada Asma binti Yazid?” Dan semua yang hadir menjawab, “Tidak.”
“Kembalilah Asma, katakan kepada wanita-wanita di belakangmu bahwa bergaul baik dengan suami, mencari ridhanya dan mengikuti petunjuknya setara pahalanya dengan semua yang kau sebutkan tadi,” jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Sahabiyah itu adalah Asma binti Yazid. Sosoknya dikenang sejarah sebagai sahabiyah yang cerdas dan kritis dalam majelis-majelis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Majelis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak hanya dihadiri oleh para sahabat, namun juga para sahabiyah. Bayangkan itu terjadi 15 abad lalu. Laki-laki dan perempuan mendapat akses yang sama untuk mencari ilmu.
Lebih dari itu, tak hanya laki-laki yang berkesempatan mengajar, perempuan pun mendapat kesempatan untuk membagikan ilmunya.
Seperti yang dilakukan Asy-Syifa binti Abdillah al-Adawiyah, sahabiyah yang dikenal sebagai guru Muslimah pertama.
Pada masa itu, belum banyak Muslimah yang bisa membaca dan menulis seperti dirinya. Sehingga, umahatul mukminin Ibunda Hafshah binti Umar bin Khattab pun termasuk salah satu muridnya.
Tak hanya menulis dan membaca, Asy-Syifa juga dikenal piawai dalam bidang pengobatan, layaknya dokter di zaman modern ini.
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang kepadaku ketika aku berada di rumah Hafshah dan berkata, ‘Tidakkah engkau mengajari dia (Hafshah) pengobatan sebagaimana engkau mengajarinya baca-tulis?”
Baca Juga: Mencuri Uang Bayaran Pengajian
Muslimah Mengikuti Pengajian Majelis Ilmu Sejak 15 Abad Lalu
View this post on Instagram
Tak hanya Ibunda Hafshah, Ibunda Aisyah pun belajar qira’ah darinya.
Padahal Ibunda Aisyah juga dikenal sebagai guru sekaligus tempat bertanya para sahabat di Madinah. Putri Abu Bakar ini dikenal sebagai guru ilmu tafsir, hadis, fikih, kedokteran, syair dan ilmu genealogi .
Masih banyak lagi majelis-majelis ilmu yang dihadiri maupun memiliki guru perempuan, seperti majelis Thumadir binti Amru ibn al-Syarid as-Salamiyah al-Madhriyah (al-Khunnasa),
Lubabah binti al-Harits (Ummu al-Fadhl), Syaykhah Shunda yang mengajar berbagai disiplin ilmu, seperti sastra, statistika, hingga puisi.[ind]