Menjaga Ketaatan Pasca Ramadan
SELAMA satu bulan penuh di bulan Ramadan kita ditempa, digembleng, dan ditarbiyah untuk terbiasa berada dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Kini, saatnya kita menguatkan azzam dan kemauan di dalam diri untuk merawat ketaatan seusai Ramadan.
Jangan sampai setelah Ramadhan, latihan-latihan ketaatan itu lepas satu persatu. Jangan sampai shalat yang dengan rutin ditunaikan, bahkan dengan berjamaah, tiba-tiba ditinggalkan selepas Ramadhan. Jangan sampai tilawah Al-Quran yang biasa dilakukan setelah Subuh atau Maghrib, tiba-tiba tidak ada lagi jejaknya.
Jika kita biarkan kebiasaan-kebiasaan baik itu berlalu begitu saja maka tidak ubahnya kita mengurai pintalan benang yang sudah rapi dan berbentuk.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. (Q.s. an-Nahl: 92)
Mari kita jaga agar ibadah kita tetap ajeg, meski boleh jadi secara kuantitas tidak lebih banyak dibandingkan saat Ramadan.
Bukankah Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam pernah menyatakan bahwa amalan yang ajeg, meski sedikit lebih dicintai Allah ta’ala.
Baca Juga: 7 Tanda Ibadah di Bulan Ramadan Diterima
Menjaga Ketaatan Pasca Ramadan
Disebutkan dalam hadis dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun sedikit.” (H.r. Bukhari dan Muslim).
Yang terlihat sedikit sekalipun jangan diremehkan, apalagi ditinggalkan. Sedikit tapi ajeg sangat dicintai Allah. Kebaikan itu (sekecil dan sedikit apapun) adalah bagian dari berbuat ihsan.
Sementara Allah mencintai orang-orang yang muhsin (berbuat baik). Itulah sebabnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa mendorong umatnya untuk tidak meremehkan amal, sekecil apapun amal itu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Jabir bin Sulaim,
وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.”
(H.r. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini sahih).
Mari kita beri penekanan dari pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut: laa tahqiranna syai-an minal ma’ruuf. Jangan remehkan sesuatu dari kebaikan!
Jangan sepelekan. Yang kecil dan sedikit dari amal kebaikan itu tekuni dan telateni. Tilawah yang hanya beberapa lembar, tekuni. Shalat tahajud yang mungkin hanya beberapa rakaat, telateni. Sedekah yang hanya beberapa rupiah, rutinkan.
Nah, mari kita mengingat sindiran Rasulullah terhadap perilaku tidak merawat keajegan ibadah yang dilakukan sebagian para sahabat. Saya kira ini menjadi tarbiyah dan pengingat buat kita semua.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Sshallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku,
يَا عَبْدَ اللهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
“Wahai ‘Abdullah, janganlah seperti si Fulan. Dulu dia biasa shalat malam, tapi sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” (H.r. Bukhari)
Lalu bagaimana agar kita menjadi pribadi yang bersegera dan terdepan dalam kebaikan? Bagaimana agar kita dapat merawat ketaatan seusai Ramadan? Insya Allah, ada banyak jalan.
Namun, salah satunya, marilah kita merenungi kebiasaan di kalangan sahabat Rasulullah setiap berjumpa dengan Idulfitri.
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied, satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).”
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan. Ucapan ini memang semestinya disampaikan dengan penuh kesadaran. Harapan agar amal ibadah kita diterima, sekaligus rasa khawatir terhadap amal-amal yang telah tertunaikan sepanjang Ramadan.
Rasa khawatir kalau amalan kita tidak diterima Allah ta’ala mendorong setiap hamba bergegas dan terdepan dalam amal sebakda Ramadan.
Mereka yang merasa bekal masih kurang, tentu akan rajin mempersiapkannya. Mereka yang tekun beribadah kepada Allah ta’ala adalah mereka yang merasa bekal belum memadai, sekalipun baru saja mereka keluar dari Ramadhan. Allah ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Q.s. Al-Mu’minun: 60).
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang-orang yang dimaksud dalam ayat tersebut. Apakah mereka itu melakukan zina, mencuri, dan minum minuman keras. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لاَ يُقْبَلَ مِنْهُمْ أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِى الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
“Tidak, wahai puteri Abu Bakr Ash-Shiddiq. Bahkan, mereka itu rajin puasa, shalat, dan sedekah. Namun, mereka khawatir amalan mereka tidak diterima. Mereka itu adalah orang-orang yang bersegera dan terdepan dalam kebaikan.” (H.r. Tirmidzi, no. 3175; Ibnu Majah, no. 4198).
Wa quluubuhum wajilah. Hati mereka diliputi rasa gundah, sebab menyadari bahwa kelak setiap kita akan mudik kepada Allah, akan kembali kepada Allah.
Kita yang bekal belum seberapa, tentu lebih khawatir lagi ketika kelak Allah memanggil kita sementara perbekalan belum disiapkan.
Tentu kita tidak berputus asa dari rahmat Allah. Kita berharap Allah kuatkan keinginan kita untuk senantiasa menaati-Nya.
Ringkasan materi dari Ustaz Dwi Budiyanto, M.Hum (IKADI DIY)
[Ln]