TANDA kalau ibadah di bulan Ramadan diterima, mau tahu apa saja tanda-tandanya? Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menjelaskan sebagai berikut.
Banyak yang bertanya, apa saja tanda diterimanya amal ibadah kita di bulan Ramadan? Ada sejumlah tanda yang disebutkan para ulama, di antaranya yaitu di bawah ini.
Baca Juga: 5 Jurus Agar Tidak Kehilangan Ramadan
7 Tanda Ibadah di Bulan Ramadan Diterima
1. Berlanjutnya ketaatan setelah berakhirnya musim ketaatan di bulan Ramadan.
Sekalipun tidak sama kualitas dan kuantitasnya. Juga tidak disusuli dengan kemaksiatan, khususnya dosa-dosa besar. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali berkata:
“Siapa yang selesai melakukan suatu ketaatan maka tanda diterimanya ketaatan tersebut adalah dilanjutkannya ketaatan tersebut dengan ketaatan yang lain.
“Sedangkan tanda ditolaknya ketaatan tersebut adalah dilakukannya kemaksiatan setelah ketaatan tersebut. Kebaikan yang paling baik adalah kebaikan yang dilakukan setelah keburukan sehingga menghapus dosanya.
“Keburukan yang paling buruk adalah keburukan yang dilakukan setelah kebaikan sehingga bisa menghapusnya”.
2. Terus menerus melakukan amal-amal saleh.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha berkata:
“Apabila melakukan suatu amal, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selalu menjaganya”
Ini sesuai sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam: “Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang dilakukan terus menerus sekalipun sedikit”.
3. Munculnya buah ibadah di dalam akhlak sehari-hari.
Dengan menjauhi berbagai perbuatan keji dan munkar, Ia memperbaiki muamalahnya dengan manusia dalam segala aspek kehidupan.
Menjaga lisan dari berkata kotor dan kasar. Tidak menyakiti saudaranya dengan perbuatan dan ucapan. Sebagian ulama mengatakan:
“Siapa yang mendapati buah amalnya di dunia maka hal itu menjadi bukti bahwa amalnya diterima di akhirat”.
Ia juga memperbaiki muamalahnya dengan Allah, dengan meninggalkan dosa besar khususnya dosa besar yang berakibat buruk bagi dirinya dan orang lain seperti korupsi, zina dan riba.
4. Allah menumbuhkan kecintaan di dalam hatinya kepada ketaatan lalu dia mersa senang dan mantap dalam melakukan ketaatan.
Firman Allah:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
5. Membenci kemaksiatan dan kemunkaran.
Firman Allah:
وَ لٰـكِنَّ اللّٰهَ حَبَّبَ اِلَيْكُمُ الْاِ يْمَا نَ وَزَ يَّنَهٗ فِيْ قُلُوْبِكُمْ وَكَرَّهَ اِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَا لْفُسُوْقَ وَا لْعِصْيَا نَ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الرّٰشِدُوْنَ
“…Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.
“Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (QS. Al-Hujurat: 7)
Berbagai kemunkaran dan kemaksiatan selalu berawal dari munculnya rasa suka terhadap kemaksiatan dan kemunkaran tersebut di dalam hati.
Karena itu, jangan pernah menganggap remeh adanya rasa suka atau simpati terhadap kemaksiatan dan kemungkaran, sekalipun sangat lemah karena bisa tumbuh membesar dan tidak terkendalikan.
6. Merasa khawatir berbagai ibadah dan amal salehnya tidak diterima Allah.
Firman Allah:
وَا لَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَاۤ اٰتَوْا وَّ قُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ
“dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya,” (QS. Al-Mu’minun: 60)
Perasaan ini diperlukan agar orang yang telah dikaruniai ketaatan tidak merasa ‘ujub (bangga) terhadap amal-amal salehnya dan tidak merasa cukup dengan berbagai ketaatan yang telah dilakukan.
7. Menganggap kecil dan sedikit berbagai amal kebaikan yang telah dilakukan.
Karena seberapa pun besarnya amal kebaikan yang telah dilakukan, tidak cukup untuk mensyukuri semua nikmat Allah yang diberikan kepadanya.
Baik nikmat zahir yang ada di dalam fisiknya atau pun nikmat batin berupa hidayah, keimanan dan ketaatan.[ind]