TRADISI baju lebaran, sejak kapan ada? Tulisan Uttiek Herlambang berikut ini bisa menambah wawasan kamu sejak kapan tradisi ini mulai ada di Indonesia.
Sepekan terakhir teriakan “Pakeeettt….” terdengar sangat riuh. Sahut menyahut dari satu pagar ke pagar rumah lain. Bahkan sampai larut malam pun teriakan itu masih sesekali terdengar.
Tak heran, karena market place-market place besar menawarkan beragam fasilitas dan kemudahan dengan memanfaatkan momen Ramadhan, termasuk ongkir gratis dan layanan pengiriman 24 jam!
Belanja Lebaran tahun ini diprediksi meningkat dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Geliat ini sangat terasa bersamaan dengan pelonggaran aturan mudik.
Orang berbondong-bondong membeli baju baru dan beragam perlengkapan yang diperlukan untuk menyambut Hari Raya.
Melansir Historia.id, tradisi memakai baju baru di hari Lebaran dicatat oleh Kees van Dijk dalam Outward Appearances.
Dalam kesaksiannya, ada perbedaan penampilan antara pejabat pribumi dengan rakyat jelata. Bupati, misalnya, memakai pantalon emas bergaya Eropa.
Pakaian para ulama modenya mengikuti gaya berpakaian Arab atau India. Rakyat jelata memakai sarung, beberapa terlihat memakai peci.
View this post on Instagram
Tradisi memakai baju baru ini sempat terhenti saat penjajahan Jepang. Sulitnya ekonomi menyebabkan Lebaran pada masa itu dalam suasana prihatin.
Jangankan baju baru, bahkan sekadar menyediakan makanan pun nyaris tak ada.
Haruskah Lebaran memakai baju baru?
Tentu tidak! Yang disunahkan adalah mandi dan memakai pakaian bersih sebelum berangkat shalat Ied.
Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang mempunyai pakaian terbaik yang digunakan pada momen-momen khusus.
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memiliki jubah khusus yang digunakan untuk Idul Fitri dan Idul Adha, juga dikenakan pada hari Jumat.” [HR Ibnu Khuzaimah, 1765]
Ada dialog Amirul Mukminin Umar ibn Khattab dan putranya di hari Lebaran yang mengharukan.
“Hai anakku, aku khawatir kalau hatimu menjadi susah di Hari Raya ini, ketika teman-temanmu melihatmu memakai baju usang itu.”
Putranya menjawab, “Sesungguhnya hanya hati orang yang kehilangan ridha Allah yang merasa bersedih atau orang yang berani kepada Ibu atau bapaknya. Dan sesungguhnya aku benar-benar mengharap ridha Allah berkat ridha ayah padaku.”
Bukan baju baru yang diharapkan di Hari Raya, namun lahirnya manusia-manusia baru yang membawa kebaikan pada semesta.[ind]