ChanelMuslim.com – Mendidik Generasi Rabbani, Oleh : Kingkin Anida
Allah mengajarkan orang beriman agar membesarkan anak-anak mereka dengan memperdengarkan, menceritakan, membacakan dan mengambil hikmah dari ayat ayat cinta Nya.
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤۡتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَادٗا لِّي مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُواْ رَبَّٰنِيِّـۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ
Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,”
tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu Robbani ( pengabdi-pengabdi Allah) karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu juga mempelajarinya!”
(QS Ali ‘Imran : 79).
Baca Juga: Ciptakan Generasi Tiger Indonesia, Biskuat Academy 2021 Dikemas dalam Sekolah Bola Online
Mendidik Generasi Rabbani
Rabbani adalah orang yang memiliki sifat yang sangat sesuai dengan apa yang Allah harapkan.
Mereka belajar Al Qur’an dan juga mengajarkannya kembali.
Hidupnya dipersembahkan untuk Allah.
Kata ‘rabbani’ merupakan kata tunggal, untuk menyebut sifat satu orang. Sedangkan bentuk jamaknya adalah rabbaniyyun.
Seseorang yang memiliki sifat-sifat Rabbani biasanya :
Pertama, berilmu dan memiliki pengetahuan tentang al-Qur’an dan sunnah.
Kedua, mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya.
Ketiga, mengajarkannya kepada masyarakat.
Sebagian ulama menambahkan sifat keempat, yaitu mengikuti pemahaman para sahabat dan metode mereka dalam beragama.
Karena sahabat merupakan standar kebenaran bagi umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibnul Arabi, ketika ditanya tentang makna ‘rabbani’, beliau mengatakan:
Apabila seseorang itu berilmu, mengamalkan ilmunya, dan mengajarkannya maka layak untuk dinamakan seorang rabbani. Namun jika kurang salah satu dari tiga hal di atas, kami tidak menyebutnya sebagai seorang rabbani. (Miftah Dar as-Sa’adah, 1/124).
Layak dinamakan rabbani adalah karena seseorang telah melakukan amalan yang sangat mendekatkan dirinya kepada Ar-Rabb, Allah azza wa Jalla.
Orang orang Rabbani beribadah kepada Allah berdasarkan ilmu.
Orang yang Rabbani hanya akan bisa melakukan ibadah kepada Allah, jika dia memahami tata cara ibadah yang sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Sehingga kata kunci dalam masalah ini adalah “ilmu”.
(Zaadul Masir, 1/298).
Mendidik anak anak agar menjadi generasi Robbani, diawali dari pemilihan pasangan hidup.
Bila seorang wanita
maka pilihlah lelaki yang sedari awal jelas tujuan hidupnya. Jika dia seorang lelaki, maka akan memilih wanita yang penuh kasih sayang, sholihat, lagi pandai bersyukur dan tentu mampu membaca Al Qur’an.
Lantaran apa ?
Lantaran pendidikan sudah dimulai sejak bayi dalam kandungan.
Diyakini, bahwa perkembangan kapasitas intelektual anak sudah terjadi pada saat bayi dalam kandungan. Para ahli neurologi berpendapat, bahwa selama 9 bulan dalam kandungan, paling tidak setiap menit dalam pertumbuhan otak, diproduksi 250.000 sel otak.
Sehingga selama usia 8 bulan dalam kandungan, diperkirakan bayi memiliki biliunan sel syaraf dalam otaknya.
Sel-sel otak ini dibentuk berdasarkan stimulasi dari luar otak. Stimulasi yang diberikan akan membentuk sel-sel otak sehingga otak dapat berkembang optimal. Pada saat ini perlu diperhatikan makanan dari sumber halal, dan si ibu sering membaca ayat suci Alquran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan beberapa metode dalam mendidik keluarga agar menjadi insan Rabbani.
Diantaranya adalah :
1. Mengajarkan mereka untuk bertauhid.
Allah menjelaskan tentang wasiat yang disampaikan Nabi Ya’qub ketika hendak meninggal dunia.
أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِـۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda tanda) maut, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”
Mereka menjawab,
“Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.”
(QS. Al-Baqarah :133 ).
Dari sinilah kita menyadari betapa pentingnya untuk mendidik anak agar jadi insan robbani.
2. Mengajarkan, mengajak dan memberikan contoh kepada keluarga untuk melaksanakan shalat.
Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia 7 tahun. Dan pukullah mereka untuk shalat, ketika mereka berusia 10 tahun (bila tidak mau memgerjakannya) .”
(HR. Abu Daud 495 dan dishahihkan al-Albani)
Dengan mengajarkan sholat, artinya anak anak kita membaca Al Qur’an.
Belajar bagaimana makhorijul huruf, sifatul huruf saat tahsin Al Fatihah dengan benar, misalnya.
Dan membaca surat surat lainnya dari Al Qur’an.
3. Memberikan sedikit ancaman agar mereka tidak bermaksiat setelah melimpahkan kasih sayang yang cukup.
Kasih sayang lebih utama dan pertama diperlihatkan. Kabar gembira soal nikmat, enak dan indahnya surga terus menerus dibagikan pada anak kita.
Setelah itu berita berita tentang hari akhir dan sakitnya siksa neraka penting disampaikan.
Dan mengajarkan do’a agar dijauhkan daripadanya.
وَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”
(QS. Al-Baqarah : 201)
Dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Gantunglah cemeti di tempat yang bisa dilihat penghuni rumah. Karena ini akan mendidik mereka. (HR. Thabrani dalam al-Ausath 10671 dan dihasankan oleh al-Albani).
Memang nampaknya agak menakutkan ya, tapi sebagai anak tentara saya merasa hal tersebut biasa saja.
Banyak di rumah rumah para Perwira di kompleks tempat kami tinggal, digantungkan senapan atau senjata tradisional suku tertentu.
Mungkin maksudnya agar membangkitkan jiwa kepahlawanan, selain menjadi bagian dari menumbuhkan cinta pada tanah airnya.
Dalam tarbiatul aulad fi Islam (pendidikan anak dalam Islam), maka ini menjadi bagian agar keluarga takut kepada Allah bila melakukan kemaksiatan.
Semoga komitmen dan kekuatan hati hati kita untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang robbani mampu terwujud.
Wallahu’alam
#menulismenasehatidiri
Catatan Ustazah Kingkin Anida di akun Facebook pada 26 April 2020 pukul 21.37